Selasa, 31 Juli 2012

DI JALAN



Angin berteman hawa dingin menghampiri. Pada beberapa saat aku harus berhenti untuk sekedar memasang kaos tangan, berharap dingin yang mulai datang menyerbu sedikit tertahan untuk tidak menyerang pori begitu dalam. Seingatku ini adalah perjalanan terjauh yang pernah kutempuh dengan mengendarai sepeda. Sekitar empat kilometer jalan harus kulalui. Pada sisi belakang sudah Nampak mbak arom sudah ngosngsosan mengayuh sepeda. Ayo mbak, semangat, teriakku. Tapi benar saja, kami sungguh tak merasakan ini sebagai beban berat untuk ke kampus tiap hari dengan mengandarai sepeda. Beruntung sama sekali tak ada debu dan polusi knalpot yang bertebaran sepertiketika kita mengendarai motor di Indonesia, jika demikian maka bisa kubayangkan bagaimana hitam dan kusamnya muka ini setelah sampai di kampus.
sepanjang jalan tak tampak sampah yang berserakan, tak ada orang menyeberang jalan sembarangan, tak ada juga kemacetan dan bunyi klakson mobil yang bersaut-sautan, trotoar sangat lebar dan ramah bagi pejalan kaki maupun pengendara sepeda. Semua orang tampak tertib dan patuh pada aturan

Senin, 30 Juli 2012

Menelepon Ibu


Bus melaju tidak begitu cepat. Rumah yang dilalui tak begitu beragam. Hampir semua desain dan ukuran rumah sama. Terlihat dari kaca jendela minimarket-minimarket berukuran sederhana, sementara pagar-pagar rumah kelihatan berwarna cokelat bertanda pagar itu sudah lawas. Bunyi kereta turut berirama dalam menemani kesunyian sore.
Orimasho, kita sampai pada sebuah apartemen berukuran tak terlalu besar. Ehime University International House, sebuah apartemen yang khusus disediakn untuk mahasiswa asing yang sedang menjalankan studi di Ehime University, tepatnya di jalan Takanoko Co 40, kota Matsuyama, sekitar 30 menit dari kampus Ehime University di Tarumi .
            Pada halaman depan sama sekali tak tersedia taman seperti biasa yang dihuni banyak rerumputan hijau kecuali beberapa sepeda yang kini terparkir di dekat sebuah box telepon umum. Beberapa meter dari

Sabtu, 28 Juli 2012

Belajar Sastra dalam Cerpen Banun


Karya sastra bukan hanya menyajikan ruang imajinasi, tetapi juga ruang-ruang lain yang bersifat multidimensi. Sastra tentu tidak semata sebuah karya khayalan atau fiktif oleh karena itu, dalam penciptaan karya sastra kita menuliskan segala sesuatu tentang hidup ini dan selalu memberi manfaat yang multidimensi. Pada umunya kita sepakat bahwa karya sastra mengandung nilai-nilai moral, ada amanat yang hendak disuguhkan kepada pembaca. Pendapat ini, secara tidak langsung hendak menempatkan karya sastra dalam posisi yang tinggi.
‘Banun’, Sebuah judul cerpen yang unik, bahkan mungkin hampir semua orang yang belum masuk dalam cerita akan mencoba menebak tentang arti kata ‘Banun’, yang ternyata Banun sendiri berasal dari tokoh utama dalam cerita. Bagi penulis sendiri, secara subjektif menganggap cerpen ini sebagai cerpen pavorit. Selain alur cerita dan ending cerita yang memukau, mungkin ada hubungannya dengan amanat dalam cerpen yang bersentuhan langsung dengan keilmuan penulis sebagai mahasiswa pertanian.
Banun pada awal cerita akan mengundang kebencian pembaca terhadap watak yang dimilikinya. Penulis cerpen ini, Damhuri Muhammad sengaja menceritakan Banun sebagai orang yang pelit. Sebuah karakter

OSAKA



*
Tanah airku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai

Walaupun banyak negri kujalani
Yang masyhur permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Di sanalah kurasa senang
Tanahku tak kulupakan
Engkau kubanggakan
*
 Indonesia ini terlalu indah buat dilupakan. Bila malam datang, maka mencobalah menatap langit lebih lama akan terlihat banyak bintang yang bertebaran, lalu berjalanlah ke pelosok Sulawesi sinar bintang begitu berlimpah serasa kita hidup dalam dekapan bintang. Kita masih memiliki bintang yang indah itu, anugrah tuhan yang tak ada duanya. sayang, kita tak pernah tahu, bahwa kita tengah berada pada nikmat yang besar, orang bule yang keindonesia lalu menatap bintang maka akan sumringah, mengeluarkan kamera dan segera memotrer. Its Amazing katanya.
Ada sedikit rasa haru yang bercampur aduk ketika mendengarkan syair lagu ini. Tepat di hadapan kami berempat lagu itu menggema. Setelah itu saya Asyik memutar sebuah Film yang menceritakan kisah takerwan  di luar negeri. Kadang memancing emosi untuk bertindak tegas, memompa semangat untuk segera berbuat mengutuk gerak para majikan yang sadis terhadap takerwan Indonesia dan menghujat para agen yang rela menjual sanak

Haru & Gelisah di Mata Para Ibu



Di Bandara Sultan hasanuddin Makassar.
Kutatap wajah ibu untuk kesekian kalinya. Rasa gelisah itu belum juga berkurang, tepatnya semakin memuncak. Belum ada juga obat yang mampu membendung rasa khawatirnya, padahal beberapa saat pada pengalaman sebelumnya ibu akan tenang setelah kuperkenalkan beberapa teman, aku tak sendiri ibu. Maka ibu akan berbesar hati, yakin kalau aku baik-baik saja. Ternyata ibu kali ini sungguh khawatir, apalagi mengantar anaknya bepergian ke luar negeri untuk pertama kalinya.
Ibu kelihatan tak focus. Gelisah masih kuat mengarca pada gurat wajahnya, meski pada sekian kali ia bersuara untuk berbasa basi kepada Ibu Nurul, orang tua yang turut mengantar anaknya pada sebuah

Jumat, 27 Juli 2012

TUHAN, SEMOGA ANAKKU BUKAN PEREMPUAN


Oleh : Supriadi Herman
Perempuan itu terus menatap bulan dengan tatapan kosong pada jendela dengan sederet bambu potong yang menopang. Sekilas pandangannya ia alihkan ke wajah seorang perempuan muda di sekitar pembaringannya. Setitik air mata pun tak berniat iya keluarkan jika menatap wajah cucunya, seakan jelas jika ia berairmata berarti benci akan kembali hadir terhadap anaknya dan juga dirinya sendiri.
Perempuan muda itu, cucunya. wanita yang kini sudah bersuami pada usianya yang belum genap delapan belas tahun.  Dengan kepala terbenam ke bantal dan matanya masih tampak belum terpejam

Mendampingi Dana PUAP


Oleh : Supriadi Herman
            Petani Indonesia saat ini bisa dikatakan sedang ketiban durian runtuh. Angin segar berhembus dari pemerintah. Aliran dana PUAP atau jelasnya disebut sebagai pengembangan usaha agribisnis pedesaan kini telah merambah sampai ke pelosok-pelosok desa. Dana PUAP ini sebenarnya bukan bantuan biasa yang ditemui oleh para petani, bayangkan petani kita di Indonesia yang mayoritas atau diatas 60 persen yang berkategori masyarakat miskin yang biasanya jika dirata-ratakan penghasilannya per hari dari hasil bertani masih berada di bawah nominal dua puluh ribu rupiah perhari. Dana PUAP ini kemudian datang sebagai gelombang rejeki besar dengan angka yang paling jarang ditemui para petani dimana pada setiap gabungan kelompok tani (gapoktan) yang terdiri dari maksimal tiga kelompok tani yang masing-masing beranggotakan sekitar sepuluh orang petani dapat memperoleh bantuan dana seartus juta rupiah secara bergulir. Dengan struktur yang sangat sederhana, cukup dengan pembentukan gapoktan yang terdiri dari ketua, sekertaris dan bendahara. Meski demikian ini bukan kerja-kerja mudah dalam melaksanakan magemen yang ideal dalam pengelolaan dana PUAP tersebut. Masih banyak kendala yang perlu penanganan khusus untuk divarikan jalan keluar guna pencapaian visi yang diinginkan yakni  Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui

Kamis, 26 Juli 2012

RAHIM SYUHADA



Oleh : Supriadi Herman
Nb : Tulisan ini gagal dimuat di buku K2P
            Meskipun aku wanita. aku  percaya, jika Semua mahluk mempunyai sifat berani yang lebih kuat dari fisik orang yang terkuat di dunia dan lebih tangguh dari mental tentara yang berompi besi. antara Keberanian dan mati tak ada hubungannya. Dengan kata lain, ada orang Berani maju menyerbu dengan kerikil sebiji kelereng tak akan mati jika meleset dari desingan peluru, bahkan yang parah sekali pun, terkena peluru hingga jantungnya sobek  tetapi tak mati-mati juga. Dan sebaliknya, ada yang kelihatannya selalu aman, gesit dari peluru yang berjatuhan, berlindung dari durifan tanah tetapi tiba-tiba terhempas bom dan mati. Mati tanpa perlawanan. Tanpa arti bagi lawan. Bahkan mati dengan laknat tuhan. Tentara yang lari dari perang akan mendapat murka kecuali dengan siasat perang. Tak akan jauh dari mati, khianat dan neraka. Semua penghianat perang bergerak seperti semut yang sarangnya tiba-tiba tergenang air. Lari, entah kemana.
            Secara fisik, aku hanya wanita yang berbadan kekil, dapat digilas sekali saja. Tak ada yang tahu keistimewaan seorang wanita. Seorang lelaki bisa perkasa tapi ia tak dapat melakukan regenerasi atas dirinya sendiri, Ia butuh seorang wanita yang bisa melahirkan. Sementara Jika Israel semakin mengganas, dan para lelaki telah habis, seorang wanita bisa menyembunyikan amunisi di dalam rahim mereka sebagai rahim berlindungnya para calon syuhada. Keinginan Israel menguasai tanah air kami mereka dapat usahakan secepatnya dan menguasai jiwa mereka yang nyaris tak berakal sehat menurutku, tapi sayang mereka tak tahu bahwa kami adalah orang yang berkeyakinan bahwa ini hanyalah kemenangan mereka yang sementara,

Kepada YTH Presiden RI (Sekelumit kisah pilu TKW di Negeri Beton)


Oleh : Supriadi Herman
(Ketua FLP Unhas)

            Ada yang  menghantam punggungku dengan benda keras, tubuhku langsung tersungkur, wajahku membentur ujung westafel. Rasa nyeri menghebat terasa menyergap diriku. Kuusap wajah ada cairan merah Mengucur dari pelipis.
…..
Ia belum puas agaknya melihatku berdarah di pelipis tinjunya kemudian melayang ke arah hidungku , sekali, dua kali, tiga kali, tubuhku serasa berputar-putar dan pandangan berkunang-kunang, gelap total kemudian brukkk (Cerita Takerwan Karsinah yang ditulis oleh Pipiet Senja).
***
            Kisah di atas hanya satu salah satu kisah yang terekam dalam buku “Kepada Yth Presiden RI” yang ditulis oleh penulis Inspiratif Pipiet Senja. Cerita yang merupakan kisah nyata perlakuan yang diterima oleh seorang TKW dari majikannya, terekam dalam muhibah, catatan perjalanan, lakon Ispirasi, dalam rangka menularkan virus menulis seorang Pipiet Senja dalam petualangannya sebulan di Hong Kong untuk memberikan pelatihan dan semangat menulis bagi para Takerwan (tenaga Kerja Wanita) yang ada di Hong Kong.
           

Arti Sebuah Identitas



7 Februari 2011
Hari Ke 4 Di Jogjakarta.
                Merenungi, apa yang dikatakan oleh Mba’ maimun Herawati Alias Mba Mutmainnah, salah satu dewan Penasihat Forum Lingkar Pena. Semakin bertambah usia maka akan semakin banyak masalah yang muncul. Seperti FLP yang kini berumur 14 tahun, bayangkanlah seorang anak berumur empat belas tahun, ketika kecil. Ia hanya mengatakan Ia(penurut) ketika Ia beranjak memasuki umur 14 tahun Ia akan mengatakan Tidak ( Pembangkan). Sebenarnya ada kata-kata yang lebih menohok pada materi yang dibawakan sebelumnya yang intinya ia mengatakan bahwa “kalau Mau lari dari Khittah FLP, boikot saja FLP. Bubarkab FLP”.
                Memang bukan main. Sebuah Identitas itu adalah hakikat. Mengubah identitas sama saja dengan merubah fisik atau menghilangkan. Forum lIngkar Pena itu awalnya adalah sebuah niat tulus dari Srikandi-

Sepotong Cokelat yang Pahit dan Manis, juga Lumer[1]


Sebuah Tinjauan dan Perbandingan
Pembedah: Hamran Sunu[2] 


Sastra pertama-tama hadir untuk menghibur.
Kemudian dikritisi
(YB Mangunwijaya)[3]

Para pengarang legendaris dunia telah memberikan banyak contoh cerpen yang dianggap berhasil. Cerpen Ernest Miller Hemingway[4] yang sederhana misalnya, senantiasa membawa pesan tersirat yang lesak. Beliau menghidupkan seluruh karakter dalam tulisannya dengan cerita sederhana, penuh dialog, alur yang runtut, pula secara cerkas dan proporsional membuat peran tokohnya tampil, kuat, dan mengesankan tanpa perlu berpanjang-panjang. Bagaimana dengan kedua belas cerpen yang dibukukan dalam buku kumpulan cerpen Sepotong Cokelat dan cerita-cerita yang lain? Apakah cerpen-cerpen di buku ini telah memikat, dan berhasil? Tentu saja, tak dapat secara picik memandang sebuah cerpen hanya dengan melulu membaitkannya pada cerpen Hemingway semata. Banyak perkara lain yang laik dipertimbangkankan. Termasuk membaca beberapa cerpen (is) lain.
Tokoh Sentral yang Sibuk dengan Dirinya
Ada beberapa temuan yang mencirikan kesamaan beberapa cerpen dalam antologi ini. Jika Papa Ernest, peraih Nobel Sastra tahun 1954 ini menyibukkan seluruh tokohnya dengan karakter yang kuat dan berpengaruh. Maka sebaliknya, di kumpulan cerpen ini, beberapa tokoh sibuk dengan dunianya. Sementara Hemingway menjadi sutradara untuk ceritanya, maka beberapa cerpen di sini seolah dibaca oleh penulis dalam sebuah pertunjukan monolog. Jika satu tokoh mendominasi, maka kemungkinan pembaca tak akan menemukan bentuk dialog. Toko itu akan mengembangkan dirinya dengan kemungkinan berimaginasi tanpa batas dalam deskripsi bertele. Padahal dialog menurut Hemingway, adalah yang menghidupkan karakter dan cerita.
Pada cerpen karya Rasdianah ND, Perempuan Ibu misalnya, tokohnya 2 wanita yang menaut konflik dengan lelaki. Tokohnya 70 persen berfokus pada aku sebagai pencerita. Kemudian ibunya. Menurut saya