Kamis, 27 Agustus 2015

K-O-N-G-K-R-I-T


            Tiba-tiba kekosongan waktu di lab, membuat jari-jari saya gatal untuk menulis tentang Komunitas “kongkrit” yang selama ini mungkin hanya banyak terekam di status-status facebook para relawan dan orang yang bergiat di dalamnya.
K-O-N-G-K-R-I-T sebenarnya urutan huruf bias makna, pasalnya jika dicari di kamus besar bahasa indonesia justru yang ada hanya Konkret yang artinya nyata; benar-benar ada (berwujud, dapat dilihat, diraba, dsb). Namun bentuk kegiatan yang ada akan membuat orang mendefinisi sendiri tentang apa itu Komunitas Kongkrit.
Berawal dari diskusi kecil di masjid Alhurriyah, mesjid paling menyejukkan sepanjang masa yang saya kenal. Tak bisa dihilangkan dari sejarah, bahwa komunitas Kongrit dibangun oleh para “ustadz-usdatz” atau “akhi-akhi” yang lazim disandangkan bagi orang-orang yang rajin berkunjung ke mesjid yang konon katanya mengubah kata benda “uztadz” kini menjadi kata sifat begitu pun dengan akhi. Kongkrit, lahir dari sana, dari komunitas ustadz-ustadz dan akhi-akhi yang sering kali membenturkan kata afwan dan syukron dalam bertutur, tapi tak ada niat untuk menutup diri, kongkrit bukan hanya untuk akhi-akhi.
Kenapa namanya kongkrit?, karena sebenarnya nama bukan persoalan untuk memulai. komunitas ini bergegas melaksanakan buka puasa pada hari kamis tanggal 21 November  2014 dengan sekotak air mineral gelas beserta kue dan tiga biji kurma per orang. Gratiss, menjadi coretan menarik untuk menarik orang yang berbuka puasa datang. Selanjutnya kami merutinkan buka puasa senin-kamis yang lama-kelamaan menu buka puasanya seolah-olah membuat nafsu makan bertambah, belum lagi sesaat sebelum puasa beberapa orang mahasiswa dengan sukarela membawa buka puasanya sendiri atau memberikan langsung kepada petugas komunitas kongkrit . Berbekal fanpage facebook yang dibuat seadanya dan penyebaran informasi di aplikasi watss app, komunitas kongrit banyak dilirik, saya sendiri menyadari kalau ternyata orang yang mau berbagi untuk buka puasa itu banyak, bahkan teman kelas yang tak pernah menanyakan sama sekali tentang kegiatan Komunitas Kongkrit tiba-tiba hanya menitip pesan lewat WA, “Adi, saya sudah transfer  ke rekeningmu untuk kegiatan kongkrit”, saat itu karena saya yang punya beberapa nomor rekening dan diamanahkan untuk menjadi bendahara, tiba-tiba rekening saya menjadi gendut, beberapa donatur memilih tak ingin dipublish namanya dan memilih disebut hamba Allah. Beberapa hal berkesan adalah beberapa mahasiswa dengan sukarela membuat buka puasa ala mereka yang semuanya makanannya  sangat enak, semua didoakan mendapat ganjaran pahala, Insya Allah, pun ada yang pernah minta didoakan khusus agar selesai tepat waktu dan segera ketemu jodoh, pastinya kami aminkan.
Pekan-pekan selanjutnya menjadi pekan yang menyibukkan bagi komunitas kongkrit. Saya menjadi orang yang paling pertama protes ketika diusulkan agar kegiatan komunitas diperlebar
dengan membagikan sarapan kepada para penyapu jalan di IPB tiap hari jum’at. “kita itu tertatih-tatih untuk kegiatan ini saja, lebih baik kita fokus dulu ke buka puasa”. diksi saya seperti kurang tepat saat itu, saya melihat ada raut tak mengenakkan dari orang yang kami tuakan di komunitas ini, dengan segala senioritas yang dimiliki, kami bersebelas takluk, kongrit melebarkan sayap dengan catatan tambahan agenda mencari teman untuk bergabung di komunitas kuga harus dijalankan. Kemudian, Beberapa mahasiswi mengambil bagian dari komunitas ini dan saya menyadari wanita memang kadang lebih konsisten dalam menjalankan amanah, kegiatan berbagi sarapan jum’at pagi seperti didominasi para wanita menurutku, mungkin para anggota yang laki-laki masih sibuk tidur pagi, entah. Kelebihan lain yang saya rasakan, sentuhan mereka berbagi kepada bapak-bapak dan ibu-ibu penyapu jalan lebih terasa begitu berkesan di hati para penyapu jalan, mungkin.
Cinta memang selalu merubah. Beberapa jum’at berjalan, tak butuh lagi kami menyebut kami dari mana, yang pastinya seperti ada hasrat menanti di raut muka mereka, menanti datangnya sarapan dari duit yang dikumpulkan para donatur. Terlepas dari semuanya, kami berdo’a semangat mereka tumbuh untuk tetap semangat menjaga kebersihan dan semoga mereka sadar bahwa banyak relawan dan donatur kongkrit yang perhatian dan mengpresiasi kerja mereka.
Mungkin sekitar empat pekan berbagi sarapan berjalan,  donatur seperti semakin menggila untuk berbagi lewat komunitas kongkrit. banyak dana yang tinggal di rekening saya. Akhirnya saya yang memang selalu bersikap skeptis pada awalnya belum menyetujui ide baru itu, ide berbagi makanan buat penjaga keamanan tiap malam minggu. Usep selaku koordinator (pasca IPB Biokimia 2013) menyetujui dan semua patuh terhadap hasil musyawarah. Kali ini para anggota kongrit wanita mempersiapkan makanan sebelum malam tiba dan para lelaki yang membagikannya. Semua berawal sama dengan kegiatan sebelumnya, banyak yang bertanya kegiatan apa ini, siapa personilnya dan apa maksudnya. Bapak satpam mengapresiasi,terlebih beberapa mahasiswa yang bergabung di komunitas kongkrit juga aktif di forum mahasiswa pascasarjana. Seingat saya donasi terbesar yang disumbangkan adalah sebesar satu juta rupiah oleh seorang wanita, donasi yang diminta khusus untuk dibelikan makanan untuk para mahasiswa yang menajlankan puasa senin kamis.
Saya tersadar, kalau saya hanya mengenang kegiatan yang telah enam bulan saya tinggalkan, dan lebih dulu mengundurkan diri karena menjalankan amanah lain yang menurut saya tak kalah pentingnya. Saya juga belum sempat menyaksikan secara langsung beberapa anggota relawan komunitas kongkrit yang menggenapkan separuh agamanya, menyertai teman-teman yang menyelesaikan tahap studinya di pascasarjana IPB dan hebatnya bisa tepat waktu, bahkan mungkin setelah bertemu kembali dengan komunitas kongkrit saya tak kenal siapa-siapa lagi di dalamnya. Dan yang pastinya cerita saya banyak kurang dan lebihnya sebab saya hanya berusaha mengingat apa yang bisa saya tulis dengan sedikit rasa ingin berbagi cerita suka duka bergabung di komunitas ini.
Banyak kabar baru termasuk inspirasi munculnya komunitas lain di berbagai tempat dengan nama yang sama atau pun hanya mencontoh kegiatan yang komunitas kongkrit lakukan. Saya yakini bahwa membagi akan melembutkan hati dan sekaligus evaluasi apakah kita masih ada di niat yang benar atau tidak dalam menjalani hidup, kata AA gym hati kita bersih dapat di evaluasi dari seberapa besar hasrat untuk bersedekah dan membaca alqur’an.
Kabar terakhir komunitas kongkrit lagi-lagi hanya saya lihat di facebook yang kembali hadir di meja registrasi mahasiswa baru IPB, entah siapa yang tertarik dan ditarik, saya yakin komunitas ini akan selalu hidup, jika tidak, mungkin telah meninggalkan inspirasi terlebih buat saya pribadi. Terima kasih komunitas Kongkrit.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar