Tiba-tiba kekosongan waktu di lab, membuat jari-jari saya
gatal untuk menulis tentang Komunitas “kongkrit” yang selama ini mungkin hanya
banyak terekam di status-status facebook para relawan dan orang yang bergiat di
dalamnya.
K-O-N-G-K-R-I-T
sebenarnya urutan huruf bias makna, pasalnya jika dicari di kamus besar bahasa
indonesia justru yang ada hanya Konkret yang artinya nyata; benar-benar ada (berwujud, dapat dilihat, diraba, dsb). Namun
bentuk kegiatan yang ada akan membuat orang mendefinisi sendiri tentang apa itu
Komunitas Kongkrit.
Berawal dari diskusi kecil di masjid Alhurriyah, mesjid
paling menyejukkan sepanjang masa yang saya kenal. Tak bisa dihilangkan dari
sejarah, bahwa komunitas Kongrit dibangun oleh para “ustadz-usdatz” atau
“akhi-akhi” yang lazim disandangkan bagi orang-orang yang rajin berkunjung ke
mesjid yang konon katanya mengubah kata benda “uztadz” kini menjadi kata sifat
begitu pun dengan akhi. Kongkrit, lahir dari sana, dari komunitas ustadz-ustadz
dan akhi-akhi yang sering kali membenturkan kata afwan dan syukron dalam
bertutur, tapi tak ada niat untuk menutup diri, kongkrit bukan hanya untuk
akhi-akhi.
Kenapa namanya
kongkrit?, karena sebenarnya nama bukan
persoalan untuk memulai. komunitas ini bergegas melaksanakan buka puasa pada
hari kamis tanggal 21 November 2014 dengan
sekotak air mineral gelas beserta kue dan tiga biji kurma per orang. Gratiss, menjadi coretan menarik untuk
menarik orang yang berbuka puasa datang. Selanjutnya kami merutinkan buka puasa
senin-kamis yang lama-kelamaan menu buka puasanya seolah-olah membuat nafsu
makan bertambah, belum lagi sesaat sebelum puasa beberapa orang mahasiswa
dengan sukarela membawa buka puasanya sendiri atau memberikan langsung kepada
petugas komunitas kongkrit . Berbekal fanpage facebook yang dibuat seadanya dan
penyebaran informasi di aplikasi watss app, komunitas kongrit banyak dilirik,
saya sendiri menyadari kalau ternyata orang yang mau berbagi untuk buka puasa
itu banyak, bahkan teman kelas yang tak pernah menanyakan sama sekali tentang
kegiatan Komunitas Kongkrit tiba-tiba hanya menitip pesan lewat WA, “Adi, saya
sudah transfer ke rekeningmu untuk
kegiatan kongkrit”, saat itu karena saya yang punya beberapa nomor rekening dan
diamanahkan untuk menjadi bendahara, tiba-tiba rekening saya menjadi gendut,
beberapa donatur memilih tak ingin dipublish namanya dan memilih disebut hamba
Allah. Beberapa hal berkesan adalah beberapa mahasiswa dengan sukarela membuat
buka puasa ala mereka yang semuanya makanannya
sangat enak, semua didoakan mendapat ganjaran pahala, Insya Allah, pun
ada yang pernah minta didoakan khusus agar selesai tepat waktu dan segera
ketemu jodoh, pastinya kami aminkan.
Pekan-pekan selanjutnya menjadi pekan yang menyibukkan bagi
komunitas kongkrit. Saya menjadi orang yang paling pertama protes ketika
diusulkan agar kegiatan komunitas diperlebar
dengan membagikan sarapan kepada
para penyapu jalan di IPB tiap hari jum’at. “kita itu tertatih-tatih untuk
kegiatan ini saja, lebih baik kita fokus dulu ke buka puasa”. diksi saya
seperti kurang tepat saat itu, saya melihat ada raut tak mengenakkan dari orang
yang kami tuakan di komunitas ini, dengan segala senioritas yang dimiliki, kami
bersebelas takluk, kongrit melebarkan sayap dengan catatan tambahan agenda mencari
teman untuk bergabung di komunitas kuga harus dijalankan. Kemudian, Beberapa mahasiswi
mengambil bagian dari komunitas ini dan saya menyadari wanita memang kadang
lebih konsisten dalam menjalankan amanah, kegiatan berbagi sarapan jum’at pagi
seperti didominasi para wanita menurutku, mungkin para anggota yang laki-laki
masih sibuk tidur pagi, entah. Kelebihan lain yang saya rasakan, sentuhan
mereka berbagi kepada bapak-bapak dan ibu-ibu penyapu jalan lebih terasa begitu
berkesan di hati para penyapu jalan, mungkin.
Cinta memang selalu merubah. Beberapa jum’at berjalan, tak
butuh lagi kami menyebut kami dari mana, yang pastinya seperti ada hasrat
menanti di raut muka mereka, menanti datangnya sarapan dari duit yang
dikumpulkan para donatur. Terlepas dari semuanya, kami berdo’a semangat mereka
tumbuh untuk tetap semangat menjaga kebersihan dan semoga mereka sadar bahwa
banyak relawan dan donatur kongkrit yang perhatian dan mengpresiasi kerja
mereka.
Mungkin sekitar empat pekan berbagi sarapan berjalan, donatur seperti semakin menggila untuk
berbagi lewat komunitas kongkrit. banyak dana yang tinggal di rekening saya. Akhirnya
saya yang memang selalu bersikap skeptis pada awalnya belum menyetujui ide baru
itu, ide berbagi makanan buat penjaga keamanan tiap malam minggu. Usep selaku
koordinator (pasca IPB Biokimia 2013) menyetujui dan semua patuh terhadap hasil
musyawarah. Kali ini para anggota kongrit wanita mempersiapkan makanan sebelum
malam tiba dan para lelaki yang membagikannya. Semua berawal sama dengan
kegiatan sebelumnya, banyak yang bertanya kegiatan apa ini, siapa personilnya
dan apa maksudnya. Bapak satpam mengapresiasi,terlebih beberapa mahasiswa yang
bergabung di komunitas kongkrit juga aktif di forum mahasiswa pascasarjana.
Seingat saya donasi terbesar yang disumbangkan adalah sebesar satu juta rupiah
oleh seorang wanita, donasi yang diminta khusus untuk dibelikan makanan untuk
para mahasiswa yang menajlankan puasa senin kamis.
Saya tersadar, kalau saya hanya mengenang kegiatan yang telah
enam bulan saya tinggalkan, dan lebih dulu mengundurkan diri karena menjalankan
amanah lain yang menurut saya tak kalah pentingnya. Saya juga belum sempat
menyaksikan secara langsung beberapa anggota relawan komunitas kongkrit yang
menggenapkan separuh agamanya, menyertai teman-teman yang menyelesaikan tahap
studinya di pascasarjana IPB dan hebatnya bisa tepat waktu, bahkan mungkin
setelah bertemu kembali dengan komunitas kongkrit saya tak kenal siapa-siapa
lagi di dalamnya. Dan yang pastinya cerita saya banyak kurang dan lebihnya
sebab saya hanya berusaha mengingat apa yang bisa saya tulis dengan sedikit
rasa ingin berbagi cerita suka duka bergabung di komunitas ini.
Banyak kabar baru termasuk inspirasi munculnya komunitas lain
di berbagai tempat dengan nama yang sama atau pun hanya mencontoh kegiatan yang
komunitas kongkrit lakukan. Saya yakini bahwa membagi akan melembutkan hati dan
sekaligus evaluasi apakah kita masih ada di niat yang benar atau tidak dalam
menjalani hidup, kata AA gym hati kita bersih dapat di evaluasi dari seberapa
besar hasrat untuk bersedekah dan membaca alqur’an.
Kabar terakhir komunitas kongkrit lagi-lagi hanya saya lihat
di facebook yang kembali hadir di meja registrasi mahasiswa baru IPB, entah
siapa yang tertarik dan ditarik, saya yakin komunitas ini akan selalu hidup,
jika tidak, mungkin telah meninggalkan inspirasi terlebih buat saya pribadi. Terima
kasih komunitas Kongkrit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar