Rabu, 29 Juni 2016

Kehilangan dan Tingkat Kepercayaan

Ilustrasi banyaknya mahasiswa yang berkegiatan di masjid
pada malam hari
Saya tidak tahu persis mengapa dan apa tujuan Allah sehingga saya menyaksikan kehilangan beruntun di depan mata. Kejadian menyaksikan  kehilangan ini berawal di masjid besar dimana seorang mahasiswa yang ketika terbangun tiba-tiba seperti mencari ada sesuatu yang hilang, bertanya kepada  orang-orang di sekitarnya menyentuh kepalanya seperti mengaruk tanda menyesal.

Kenapa Mas? laptopnya hilang?

 Ia Mas, tas saya diganti dengan tas lain.

Sebaiknya ke marbot aja mas, setahu saya masjid ini dilengkapi CCTV, ucapku berniat sedikit menangkan.

beberapa saat setelahnya adzan subuh dikumandangkan.

              Ternyata hanya berselang beberapa hari. Saya lagi-lagi menjadi saksi kehilangan, saksi orang yang sedang kehilangan. Saat itu saya justru sedang duduk di samping orang yang sedang tidur, tiba-tiba terbangun dari tidurnya sekira sejam sebelum waktu sholat subuh. kali ini kehilangan ke dua, dan saya lagi-lagi saya menjadi orang yang pertama setelah korban yang tahu informasi demikian. saya yang pertama tahu kalau orang tersebut sedang kehilangan.
             Kejadian menyaksikan dan menjadi orang pertama yang tahu kalau orang tersebut kehilangan ternyata selanjutnya berulang hingga tiga sampai empat kali. Akibatnya apa? ternyata setelahnya saya merasa menjadi orang yang dicurigai sebagai pelaku pencurian laptop dan hp tersebut akibat CCTV yang ternyata belum berhasil merekam. Bahkan beberapa kali saya memastikan bahwa  kedatangan saya ke masjid di malam hari mungkin bagi beberapa mahasiswa menjadi layak diwaspadai, meski ini hanya sebatas prasangka tapi cara mereka saling berbisik seperti mengisyaratkan kalau mereka sedang mencurigai saya sebagai pelaku pencurian.
        Kebetulan sekali, saya dekat dengan beberapa oknum yang bertanggung jawab mengenai keamanan masjid. Ternyata yang mereka bahas juga terkait orang-orang yang dicurigai sebagai pelaku pencurian,tentu saja saya tidak dicurigai oleh mereka, tapi saya kemudian tahu bahwa ternyata

Sabtu, 05 September 2015

Sensei, Osewa ni Narimashita


Pertanyaan yang sering muncul dari teman dan kerabat tentang Jepang adalah bagaimana makanan halal di jepang, bagaimana toleransi orang jepang terhadap Islam, dan khusus bulan ramadhan pertanyaannya ikut bertambah bagaimana puasa di Jepang?. Meski sebenarnya pengalaman saya tidak akan cukup  untuk menjenalisir bagaimana Islam dan jepang pada umumnya, namun saya cuma mencoba berbicara dan mewakili beberapa pengalaman teman tentang Islam di Jepang.
            We don’t care what religion you are, everyone has their own religion and we respect for all of religion (hayakawa Sensei in japaneese class).
            Sejak pertama kali diskusi di desk sensei, saya sudah menjelaskan tentang rutinitas saya sebagai muslim, terutama hari jum’at yang memang harus mengkhususkan waktu untuk sholat, sementara di hari-hari lain selama tidak melewati waktu sholat, semua pekerjaan bisa ditunda, namun alangkah baiknya jika saya bisa tepat waktu  untuk mengerjakan sholat. Sensei mengiyakan, bahkan beliau mengatakan sebentar lagi akan ada tempat khusus untuk kalian sholat, dan ternyata tepat 1 april 2015, tempat untuk sholat bisa digunakan mahasiswa internasional, dan serasa saat itu kampus kami Kagawa University memberi ruang spesial untuk orang Islam.
            Sensei saya sendiri adalah orang yang sangat toleran dan menghargai waktu sholat. Di awal perkenalan aktivitas laboratorium bersama sensei yang masih juga sibuk di lab, beberapa kali saya direkomendasikan untuk meninggalkan lab saat waktu sholat meski sedang running pengamatan.

Minggu, 30 Agustus 2015

Fitriani, the Next Susi Susanti


            Nama Fitriani memang sudah banyak dikenal bagi para pencinta Bulutangkis, namun belum di kalangan orang biasa yang hanya sesekali menonton dan mengikuti berita Bulutangkis. Pada sektor tunggal Puteri, belum ada yang bisa melewati tingkat popularitas susi susanti, generasi 90-an yang sukses mengukirkan namanya sebagai tunggal puteri Indonesia yang menjadi Juara Dunia Bulutangkis di tahun 1993 dan sebelumnya hanya pernah diraih Verawaty Raharjo di tahun 1980. Lima tahun belakangan hanya ada nama maria Kristin Yulianti, Lindaweni fanetri, Adrianti Firdasari dan Bellaetrix Manuputi dengan popularitas yang masih sangat minim di telingan masyarakat indonesia.
            Fitriani yang sudah populer di telinga para pencinta bulutangkis Indonesia yang aktif menonton dan mengikuti perkembangan bulutangkis di tahun 2013 sampai 2015 seperti hanya bisa memilih percaya apa tak percaya dengan isu yang mengharapkan Fitriani menjadi ratu Bulutangkis Indonesia setelah Susi susanti mengingat beberapa turnamen dewasa yang diikutinya belum ada yang bisa terlalu dibanggakan selain menang di Kejurnas dan perjalanan Fitriani yang bisa ke babak semifinal di beberapa turnamen Internasional Challenge.
            30 Agustus Sepertinya tanggal yang akan menambah daftar nama-nama orang yang percaya akan kemampuan Fitriani setelah menonton langsung lewat Livestreaming di Internet turnamen Vietnam Open Grand Prix 2015. Penampilan Fitriani betul-betul memukau orang-orang yang baru

Sabtu, 29 Agustus 2015

Kata Mereka tentang Indonesia


                Suatu ketika saya berkunjung ke salah satu apartemen teman yang berkebangsaan Uganda dan saling bercerita tentang negara kami masing-masing. Beberapa pertanyaan yang saya ajukan adalah seputar kondisi Uganda. Selain bercerita tentang kondisi iklim uganda, makanan pokok di Uganda yang menjadikan pisang menjadi makanan pokok dengan diproses sedimikian rupa sampai kepada jumlah muslim di uganda. Seperti biasa pertanyaan saya yang hampir selalu saya ingat adalah Apakah kamu tahu indonesia sebelumnya?. Jawabannya sungguh mengharukan, mana mungkin kami tidak tahu negara dengan populasi muslim terbesar di Dunia. Jawaban ini sungguh mengingatkan saya bahwa Indonesia bagaimana pun akan selalu diidentikkan dengan muslim, jika indonesia berhasil bangkit menjadi negara maju dan berpengaruh di dunia maka mata dunia akan terbuka dan mengubah pikiran mereka tentang muslim. Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia, itu yang paling membekas kata Umar, dari Uganda.
                Aisyah, gadis sudan justru memiliki pandangan lain tentang Indonesia. Suatu saat salah satu teman iseng dan mengatakan kalau di mau pindah kewarganegaraan saja dari Indonesia dan ingin pindah ke malaysia. Aisyah secara spontan mengatakan, jangan! Jangan tinggalkan negaramu,

Kamis, 27 Agustus 2015

K-O-N-G-K-R-I-T


            Tiba-tiba kekosongan waktu di lab, membuat jari-jari saya gatal untuk menulis tentang Komunitas “kongkrit” yang selama ini mungkin hanya banyak terekam di status-status facebook para relawan dan orang yang bergiat di dalamnya.
K-O-N-G-K-R-I-T sebenarnya urutan huruf bias makna, pasalnya jika dicari di kamus besar bahasa indonesia justru yang ada hanya Konkret yang artinya nyata; benar-benar ada (berwujud, dapat dilihat, diraba, dsb). Namun bentuk kegiatan yang ada akan membuat orang mendefinisi sendiri tentang apa itu Komunitas Kongkrit.
Berawal dari diskusi kecil di masjid Alhurriyah, mesjid paling menyejukkan sepanjang masa yang saya kenal. Tak bisa dihilangkan dari sejarah, bahwa komunitas Kongrit dibangun oleh para “ustadz-usdatz” atau “akhi-akhi” yang lazim disandangkan bagi orang-orang yang rajin berkunjung ke mesjid yang konon katanya mengubah kata benda “uztadz” kini menjadi kata sifat begitu pun dengan akhi. Kongkrit, lahir dari sana, dari komunitas ustadz-ustadz dan akhi-akhi yang sering kali membenturkan kata afwan dan syukron dalam bertutur, tapi tak ada niat untuk menutup diri, kongkrit bukan hanya untuk akhi-akhi.
Kenapa namanya kongkrit?, karena sebenarnya nama bukan persoalan untuk memulai. komunitas ini bergegas melaksanakan buka puasa pada hari kamis tanggal 21 November  2014 dengan sekotak air mineral gelas beserta kue dan tiga biji kurma per orang. Gratiss, menjadi coretan menarik untuk menarik orang yang berbuka puasa datang. Selanjutnya kami merutinkan buka puasa senin-kamis yang lama-kelamaan menu buka puasanya seolah-olah membuat nafsu makan bertambah, belum lagi sesaat sebelum puasa beberapa orang mahasiswa dengan sukarela membawa buka puasanya sendiri atau memberikan langsung kepada petugas komunitas kongkrit . Berbekal fanpage facebook yang dibuat seadanya dan penyebaran informasi di aplikasi watss app, komunitas kongrit banyak dilirik, saya sendiri menyadari kalau ternyata orang yang mau berbagi untuk buka puasa itu banyak, bahkan teman kelas yang tak pernah menanyakan sama sekali tentang kegiatan Komunitas Kongkrit tiba-tiba hanya menitip pesan lewat WA, “Adi, saya sudah transfer  ke rekeningmu untuk kegiatan kongkrit”, saat itu karena saya yang punya beberapa nomor rekening dan diamanahkan untuk menjadi bendahara, tiba-tiba rekening saya menjadi gendut, beberapa donatur memilih tak ingin dipublish namanya dan memilih disebut hamba Allah. Beberapa hal berkesan adalah beberapa mahasiswa dengan sukarela membuat buka puasa ala mereka yang semuanya makanannya  sangat enak, semua didoakan mendapat ganjaran pahala, Insya Allah, pun ada yang pernah minta didoakan khusus agar selesai tepat waktu dan segera ketemu jodoh, pastinya kami aminkan.
Pekan-pekan selanjutnya menjadi pekan yang menyibukkan bagi komunitas kongkrit. Saya menjadi orang yang paling pertama protes ketika diusulkan agar kegiatan komunitas diperlebar

Rabu, 05 Agustus 2015

Berburu Kesan di Kagawa University, Jepang

Bagi sebagian orang mungkin akan merasa surprise jika mendengar fakta jika Puasa di sebagian besar wilayah Jepang berkisar sekitar 16 Jam yang dimulai sejak jam 3 dini hari hingga pukul 19.15 malam. Padahal nyatanya hampir seluruh mahasiswa Indonesia sepakat kalau ramadhan di jepang seperti lebih ringan dibanding ramadhan di Indonesia, mungkin karena cuaca di puasa tahun ini yang masih lumayan sejuk berkisat antara 21-29oC dan juga
rutinintas di kampus yang memang tidak pernah lepas dari kesibukan.
Kagawa University terbilang menjadi salah satu kampus yang sangat menghargai kehadiran mahasiswa muslim, pasalnya sejak 1 April 2015 kemarin, mahasiswa muslim disediakan ruang khusus untuk dijadikan mushollah, ruangan ini disejajarkan dengan fasilitas seni dan ruangan ekstrakurikuler lain di kampus ini. Bahkan dukungan civitas akademika di kampus ini terhadap kehadiran muslim dibuktikan dengan inisisasi makanan daging halal di kantin universitas yang rencana akan segera launcing dalam waktu dekat-dekat ini, hal ini menjadi hal yang masih sangat jarang ditemukan di Jepang.
Ramadhan di kampus dimana rare sugar pertama kali diproduksi secara massal ini juga mendapat khasanah pengetahun baru di puasa ramadhan kali ini, seiring bertambah pesatnya

Sabtu, 09 Mei 2015

Semua Mata Tertuju Padamu

Hari ke dua puluh di tanah rantau. “Kawaramchi-Kawaramachi desu....” bunyi kereta kotoden yang wajib kami dengarkan baik-baik. sejauh hitungan jam beralir ke detik baru, belum ada tempat yang paling sering kami kunjungi selain stasiun ini, Kawaramachi Eki.  Mungkin sejauh ini akhir pekan adalah milik Kawaramachi, tentunya untuk liburan, untuk refreshing dan kami menyebutnya the real refreshing. Mungkin di Indonesia sudah banyak mahasiswa yang tidak bisa membedakan antara hari libur atau bukan lantaran setiap hari diisi seperti liburan, kemana-mana kebanyakan waktu luang, bahkan buat mahasiswa tingkat akhir weekend hanya perubahan tanggal yang menambah daftar lama studi selebihnya bermalas-malasan untuk mengerjakan penelitian dan menunda bertemu dosen pembimbing.
                Saya selalu menjadi andalan jika bersama teman-teman SUIJI Kagawa. Sekedar untuk bertanya dalam bahasa jepang saya selalu disuruh paling depan, meski pada akhirnya untuk mentranslate jawaban butuh sedikit tebak-tebakan, begitu pun untuk memberikan ‘fatwa’ halal-haram ketika membeli makanan teman-teman SUIJI lebih mempercayakan untuk saya fatwai dengan jalan