Sabtu, 28 Juli 2012

OSAKA



*
Tanah airku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai

Walaupun banyak negri kujalani
Yang masyhur permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Di sanalah kurasa senang
Tanahku tak kulupakan
Engkau kubanggakan
*
 Indonesia ini terlalu indah buat dilupakan. Bila malam datang, maka mencobalah menatap langit lebih lama akan terlihat banyak bintang yang bertebaran, lalu berjalanlah ke pelosok Sulawesi sinar bintang begitu berlimpah serasa kita hidup dalam dekapan bintang. Kita masih memiliki bintang yang indah itu, anugrah tuhan yang tak ada duanya. sayang, kita tak pernah tahu, bahwa kita tengah berada pada nikmat yang besar, orang bule yang keindonesia lalu menatap bintang maka akan sumringah, mengeluarkan kamera dan segera memotrer. Its Amazing katanya.
Ada sedikit rasa haru yang bercampur aduk ketika mendengarkan syair lagu ini. Tepat di hadapan kami berempat lagu itu menggema. Setelah itu saya Asyik memutar sebuah Film yang menceritakan kisah takerwan  di luar negeri. Kadang memancing emosi untuk bertindak tegas, memompa semangat untuk segera berbuat mengutuk gerak para majikan yang sadis terhadap takerwan Indonesia dan menghujat para agen yang rela menjual sanak
sebangsa, menjadikannya umpan dan memakan hasil keringat mereka, hanya menyisakan  ampas penderitaan bagi wanita-wanita yang disanjung sebagai pejuang Devisa di negari beton, Hong Kong.
Meski tak pergi beberapa lama untuk berada di Jepang, tetap saja rasa haru kembali muncul, seperti lagu ini berhasil mengingatkan beberapa WNI yang kini telah berada di luar negeri. Hingga beberapa saat akan Lending di Kansai air Port, Osaka rasanya lelah yang kami rasakan masih mendekap. Setelah perjalanan panjang seharian dari Makassar menuju Denpasar, kemudian menunggu beberapa lama di Ngurah Rai. Semuanya kurang lebih memakan waktu lima belas jam. Kini waktu menunjukkan pukul 07.00 Wib. Kemungkinan tak ada selisih waktu sekitar dua jam dengan waktu di Osaka. Pada beberapa seat di pesawat kupandangi beberapa wajah yang akan membarsamai kami dua bulan ke depan, mereka adalah Mahasiswa program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional perwakilan UGM dan IPB. Sementara beberapa orang lain adalah peserta Join Deegree Programe (JDP) mahasiswa pascasarjana dari UNHAS, IPB, dan UGM. Belum ada satupun yang kami ingat namanya dari mahasiswa selain UNHAS meskipun beberapa saat yang lalu sebelum pesawat take-off  kami sudah saling menyebut nama dan identitas lain seadanya. Sungguh sebentar lagi kami akan selamat tiba di Negeri Sakura, negeri sejuta mimpi bagi banyak mahasiswa Indonesia untuk bisa menginjakkan kaki di Negara ini.

Tiba di Kansai Air Port
            Bandara Osaka yang sangat luar biasa, berdiri di atas laut, tak juga bisa mengubah perasaanku yang tak menentu.Di dalam pesawat pun keadaan makin tak bisa menenangkanku. Ingin segera menginjakkan kaki di negeri sakura.
Beberapa saat menjalani segenap kelengkapan administrasi di bandara. Peserta KKN dan JDP pun disambut hangat oleh seorang pria yang taka sing bagi kami. Mas Atus namanya, seorang dosen dari UGM yang tengah menjadi mahasiswa doctor di fakultas pertanian Ehime University. Beliau sudah kenal dengan kami, begitupun kami sudah sangat kenal berkat keuletran Pak Atus menginfokan tentang Elegibility untuk kepengurusan paspor, jadwal peserta selama kegiatan, juga nomor kamar kami nantinya setelah di apartemen, termasuk pemberitahuan penjemputan kami di bandara. Terlihat juga Yuyu San dan Yutaro San, teman dari Ehime University yang telah terlebih dahulu menyambangi Indonesia untuk agenda yang sama, KKN Internasional. Sungguh, tak ada yang lebih diharapkan dari seorang teman kecuali sambutan hangat serupa sambutan mereka berdua
“Selamat dating di Jepang” . Yutaro mengetes bahasa Indonesia yang baru saja ia minati setelah melaksanakan KKN selama 18 hari di Makassar.
Kami akan berangkat ke ehime melalui jalur darat. Jadi untuk menuju Ehime kita bisa mengendarai kereta JR, Feri, dan Bus. Bus yang kami tumpangi adalah Bus yang sengaja di carter khusus buat peserta KKN dan GDP. Karena amat begitu repot jika harus mengendarai kereta JR atau Feri smentara kami membawa banyak barang yang luar biasa banyaknya, ada beberapa stasiun yang harus kami lalui.
****
Osaka adalah kota terbesar kedua di Jepang setelah Tokyo, tetapi Osaka lebih dikenal sebagai kota pusat perdagangan Jepang”
Pak Atus memang luar biasa. Tak ada momen indah yang terlewatkan. Berteman lelah Pak Atus menitikkan api semangat yang membuat kami serasa kebakaran hingga lupa kalau kami butuh tidur.
“Jangan tidur dulu ya,.. karena banyak sekali pemandangan indah kota Osaka yang akan dilihat dari sini”
 Gedung-gedung menjulang tinggi kini hadir di pelupuk mata. Jalan-jalan bertingkat di atas laut dan sunyi jalanan menjadi pertanda bahwa ada penataan kota yang amat luar biasa yang telah terlaksana. Konon kota Osaka dibangun sebagai suatu kota ratusan tahun lalu, Selama masa sejarahnya, banyak mengalami perubahan, antara lain perencanaan dan peneraan teknologi baru untuk mencapai lingkungan kota yg nyaman bagi warganya.
Agenda yang selanjutnya berjalan di tengah pemandangan kota yang biasa-biasa saja menurut Pak Atus adalah berkenalan. Namun jika Pak Atus Merasa bahwa ada hal yang harus diperkonalkan dari Osaka berupa pelabuhan, tempat wisata, pemandangan yang luar biasa. Maka perkenalan terpaksa harus dipending.  
Kami Rombongan dari Unhas menjadi orang yang paling pede berbahasa Jepang dalam memperkenalkan diri. Tak satu pun mahasiswa dari Universitas lain yang berbahasa jepang seperti kami. Maklum, dua bulan les bahasa jepang dari Unhas sudah cukup menjadi bekal apalagi setelah bergaul dengan teman-teman dari Jepang selama mereka berada di unhas sangat cukup jika sekedar memperkenalkan diri. Suasana mulai mencair saat perkenalan. Apalagi setelah tahu ada dua orang mahasiswa yang telah berstatus ibu/bapak di antara kami, mereka adalah Pak Sidik dan Bu Rahma mahasiswa dari IPB. Mereka berdua lucu,.. hehe. Sementara Yutaro memilih berkenalan dengan bahasa Indonesia, yang lain masih setia dengan English yang mumpuni.
            Perjalanan ini membutuhkan waktu yang panjang, sekitar delapan jam. Kami memilih singga makan siang di salah satu restoran. Makanan kami adalah Udong makanan khas jepang yang dibuat dari tepung, serupa mi pangsit namun lebih besar, kali ini udong dicampur udang goring sayangnya karena makannya pake sumpit jadi agak kurang menuikmati, terlihat juga peserta lain masih tak telaten memakai sumpit. Minumannya adalah the tawar. Setelah itu agenda selanjutnya adalah berfoto dan salat. Dan kemudian melanjutkan perjalanan lagi. Kali ini dipersilahkan istrahat oleh Pak Atus.
 Thanks for guidance today Mr Atus.

2 komentar:

  1. adi apa benar makanan-makanan jepang cenderung tawar?

    BalasHapus
  2. ie,.. sampai sampai orangyg sudah lama tinggal dijepang itu merasa kemanisan kalau makan makanan kue dari Indonesia,kaya agar, dll. makasih dah menjadi orang pertama yg komen di blog baruku ka

    BalasHapus