*
Tanah airku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai
Walaupun banyak negri kujalani
Yang masyhur permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Di sanalah kurasa senang
Tanahku tak kulupakan
Engkau kubanggakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai
Walaupun banyak negri kujalani
Yang masyhur permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Di sanalah kurasa senang
Tanahku tak kulupakan
Engkau kubanggakan
*
Indonesia ini terlalu indah buat dilupakan. Bila
malam datang, maka mencobalah menatap langit lebih lama akan terlihat banyak
bintang yang bertebaran, lalu berjalanlah ke pelosok Sulawesi sinar bintang
begitu berlimpah serasa kita hidup dalam dekapan bintang. Kita masih memiliki
bintang yang indah itu, anugrah tuhan yang tak ada duanya. sayang, kita tak
pernah tahu, bahwa kita tengah berada pada nikmat yang besar, orang bule yang
keindonesia lalu menatap bintang maka akan sumringah, mengeluarkan kamera dan
segera memotrer. Its Amazing katanya.
Ada
sedikit rasa haru yang bercampur aduk ketika mendengarkan syair lagu ini. Tepat di
hadapan kami berempat lagu itu menggema. Setelah itu saya Asyik memutar sebuah Film
yang menceritakan kisah takerwan di luar negeri. Kadang memancing emosi untuk
bertindak tegas, memompa semangat untuk segera berbuat mengutuk gerak para
majikan yang sadis terhadap takerwan Indonesia dan menghujat para agen yang
rela menjual sanak
sebangsa, menjadikannya umpan dan memakan hasil keringat
mereka, hanya menyisakan ampas penderitaan bagi wanita-wanita yang
disanjung sebagai pejuang Devisa di negari beton, Hong Kong.
Meski
tak pergi beberapa lama untuk berada di Jepang, tetap saja rasa haru kembali
muncul, seperti lagu ini berhasil mengingatkan beberapa WNI yang kini telah
berada di luar negeri. Hingga beberapa saat akan Lending di Kansai air Port, Osaka rasanya lelah yang kami rasakan
masih mendekap. Setelah perjalanan panjang seharian dari Makassar menuju
Denpasar, kemudian menunggu beberapa lama di Ngurah Rai. Semuanya kurang lebih
memakan waktu lima belas jam. Kini waktu menunjukkan pukul 07.00 Wib. Kemungkinan
tak ada selisih waktu sekitar dua jam dengan waktu di Osaka. Pada beberapa seat
di pesawat kupandangi beberapa wajah yang akan membarsamai kami dua bulan ke
depan, mereka adalah Mahasiswa program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional
perwakilan UGM dan IPB. Sementara beberapa orang lain adalah peserta Join Deegree Programe (JDP) mahasiswa
pascasarjana dari UNHAS, IPB, dan UGM. Belum ada satupun yang kami ingat
namanya dari mahasiswa selain UNHAS meskipun beberapa saat yang lalu sebelum pesawat
take-off kami sudah saling menyebut nama dan identitas
lain seadanya. Sungguh sebentar lagi kami akan selamat tiba di Negeri Sakura,
negeri sejuta mimpi bagi banyak mahasiswa Indonesia untuk bisa menginjakkan
kaki di Negara ini.
Tiba
di Kansai Air Port
Bandara Osaka
yang sangat luar biasa, berdiri di atas laut, tak juga bisa mengubah perasaanku
yang tak menentu.Di dalam pesawat pun keadaan makin tak bisa menenangkanku. Ingin
segera menginjakkan kaki di negeri sakura.
Beberapa
saat menjalani segenap kelengkapan administrasi di bandara. Peserta KKN dan JDP
pun disambut hangat oleh seorang pria yang taka sing bagi kami. Mas Atus
namanya, seorang dosen dari UGM yang tengah menjadi mahasiswa doctor di
fakultas pertanian Ehime University. Beliau sudah kenal dengan kami, begitupun
kami sudah sangat kenal berkat keuletran Pak Atus menginfokan tentang Elegibility untuk kepengurusan paspor,
jadwal peserta selama kegiatan, juga nomor kamar kami nantinya setelah di
apartemen, termasuk pemberitahuan penjemputan kami di bandara. Terlihat juga
Yuyu San dan Yutaro San, teman dari Ehime University yang telah terlebih dahulu
menyambangi Indonesia untuk agenda yang sama, KKN Internasional. Sungguh, tak
ada yang lebih diharapkan dari seorang teman kecuali sambutan hangat serupa
sambutan mereka berdua。
“Selamat
dating di Jepang” . Yutaro mengetes bahasa Indonesia yang baru saja ia minati setelah
melaksanakan KKN selama 18 hari di Makassar.
Kami
akan berangkat ke ehime melalui jalur darat. Jadi untuk menuju Ehime kita bisa
mengendarai kereta JR, Feri, dan Bus. Bus yang kami tumpangi adalah Bus yang
sengaja di carter khusus buat peserta KKN dan GDP. Karena amat begitu repot
jika harus mengendarai kereta JR atau Feri smentara kami membawa banyak barang
yang luar biasa banyaknya, ada beberapa stasiun yang harus kami lalui.
****
“Osaka adalah kota
terbesar kedua di Jepang setelah Tokyo, tetapi Osaka lebih dikenal sebagai kota
pusat perdagangan Jepang”
Pak
Atus memang luar biasa. Tak ada momen indah yang terlewatkan. Berteman lelah
Pak Atus menitikkan api semangat yang membuat kami serasa kebakaran hingga lupa
kalau kami butuh tidur.
“Jangan
tidur dulu ya,.. karena banyak sekali pemandangan indah kota Osaka yang akan
dilihat dari sini”
Gedung-gedung menjulang tinggi kini hadir di
pelupuk mata. Jalan-jalan bertingkat di atas laut dan sunyi jalanan menjadi
pertanda bahwa ada penataan kota yang amat luar biasa yang telah terlaksana. Konon
kota Osaka dibangun sebagai
suatu kota ratusan tahun lalu, Selama masa sejarahnya, banyak mengalami perubahan, antara
lain perencanaan dan peneraan teknologi baru untuk mencapai lingkungan kota yg
nyaman bagi warganya.
Agenda
yang selanjutnya berjalan di tengah pemandangan kota yang biasa-biasa saja
menurut Pak Atus adalah berkenalan. Namun jika Pak Atus Merasa bahwa ada hal
yang harus diperkonalkan dari Osaka berupa pelabuhan, tempat wisata,
pemandangan yang luar biasa. Maka perkenalan terpaksa harus dipending.
Kami
Rombongan dari Unhas menjadi orang yang paling pede berbahasa Jepang dalam memperkenalkan diri. Tak satu pun mahasiswa
dari Universitas lain yang berbahasa jepang seperti kami. Maklum, dua bulan les
bahasa jepang dari Unhas sudah cukup menjadi bekal apalagi setelah bergaul
dengan teman-teman dari Jepang selama mereka berada di unhas sangat cukup jika
sekedar memperkenalkan diri. Suasana mulai mencair saat perkenalan. Apalagi setelah
tahu ada dua orang mahasiswa yang telah berstatus ibu/bapak di antara kami,
mereka adalah Pak Sidik dan Bu Rahma mahasiswa dari IPB. Mereka berdua lucu,..
hehe. Sementara Yutaro memilih berkenalan dengan bahasa Indonesia, yang lain masih
setia dengan English yang mumpuni.
Perjalanan ini membutuhkan waktu
yang panjang, sekitar delapan jam. Kami memilih singga makan siang di salah
satu restoran. Makanan kami adalah Udong makanan
khas jepang yang dibuat dari tepung, serupa mi pangsit namun lebih besar, kali
ini udong dicampur udang goring
sayangnya karena makannya pake sumpit jadi agak kurang menuikmati, terlihat
juga peserta lain masih tak telaten memakai sumpit. Minumannya adalah the tawar.
Setelah itu agenda selanjutnya adalah berfoto dan salat. Dan kemudian
melanjutkan perjalanan lagi. Kali ini dipersilahkan istrahat oleh Pak Atus.
Thanks
for guidance today Mr Atus.
adi apa benar makanan-makanan jepang cenderung tawar?
BalasHapusie,.. sampai sampai orangyg sudah lama tinggal dijepang itu merasa kemanisan kalau makan makanan kue dari Indonesia,kaya agar, dll. makasih dah menjadi orang pertama yg komen di blog baruku ka
BalasHapus