Kamis, 26 Juli 2012

Kepada YTH Presiden RI (Sekelumit kisah pilu TKW di Negeri Beton)


Oleh : Supriadi Herman
(Ketua FLP Unhas)

            Ada yang  menghantam punggungku dengan benda keras, tubuhku langsung tersungkur, wajahku membentur ujung westafel. Rasa nyeri menghebat terasa menyergap diriku. Kuusap wajah ada cairan merah Mengucur dari pelipis.
…..
Ia belum puas agaknya melihatku berdarah di pelipis tinjunya kemudian melayang ke arah hidungku , sekali, dua kali, tiga kali, tubuhku serasa berputar-putar dan pandangan berkunang-kunang, gelap total kemudian brukkk (Cerita Takerwan Karsinah yang ditulis oleh Pipiet Senja).
***
            Kisah di atas hanya satu salah satu kisah yang terekam dalam buku “Kepada Yth Presiden RI” yang ditulis oleh penulis Inspiratif Pipiet Senja. Cerita yang merupakan kisah nyata perlakuan yang diterima oleh seorang TKW dari majikannya, terekam dalam muhibah, catatan perjalanan, lakon Ispirasi, dalam rangka menularkan virus menulis seorang Pipiet Senja dalam petualangannya sebulan di Hong Kong untuk memberikan pelatihan dan semangat menulis bagi para Takerwan (tenaga Kerja Wanita) yang ada di Hong Kong.
           
Dengan Diksi yang begitu menderu, seolah-olah mengejar pembaca untuk segera paham atas apa yang dituliskannya. Kadang kita merasa terhanyut Dalam tawa dengan gaya kepenulisan menulis santai pada kisah-kisah traveling di segala penjuru negeri beton, Hongkong. Kadang memancing emosi untuk bertindak tegas, memompa semangat untuk segera berbuat mengutuk gerak para majikan yang sadis terhadap takerwan Indonesia dan menghujat para agen yang rela menjual sanak sebangsa, menjadikannya umpan dan memakan hasil keringat mereka, hanya menyisakan  ampas penderitaan bagi wanita-wanita yang disanjung sebagai pejuang Devisa di negari beton, Hong Kong.
            Pipiet Senja memang sudah Tua secara fisik, umurnya sudah mendaki angka 55 tahun. Namun ia jauh lebih muda dari pemuda yang muda pada umumnya. Luar biasa bukan? 102 karyanya dalam bentuk novel, cerpen dan Essay telah dibukukan. Ia adalah pemuda yang memberi inspirasi yang terus melaju melawan peradaban hedonisme pekat ini. Terlebih dalam membaca bukunya “Kepada Yth Presiden RI” yang terbit tahun 2010 oleh penerbit Krispi kita akan mengenalnya sebagai pejuang wanita yang seelalu peduli akan kaum yang tertindas. Sangat menakjubkan, menyuarakan tangis menjadi suara harapan yang selalu dibumbui dengan gejolak berubah menuju yang lebih baik.
            Bagiku sedikit apa pun waktu yang masih bisa kumiliki, betapa ingin kupersembahkan demi kemaslahatan umat. Betapa ingin hamba-Mu yang lemah ini berdamai dengan kondisi, bagaimana pun itu, sungguh! (Pipiet Senja).
*****
            Kaum perantau di Negeri Beton, pada umumnya adalah orang-orang yang tergiur dengan iming-iming gaji besar. Ada juga yang dijual oleh ibunya, bahkan nekat meninggalkan suami dan orang terdekatnya dengan harapan dapat mengenyam hidup lebih baik.
            Naas. Mereka kebanyakan jatuh ke tangan agen-agen setan dollar. Bayangkan saja yang seeharusnya gaji normal mereka sebesar 3150 dollar HK, mereka hanya menerima 580 dollar HK. Mereka ingin mengadu ke konsulat, tak terjawab. Mencari shelter peraduan hanya bergeming merasa tak bertanggung jawab.  Parahnya bahkan para takerwan mengaku bahwa tak pernah dijelaskan mekanisme bagaimana pengaduan jika terjadi hal yang diinginkan. Sunggu terlalu.
            Angka BMI (buruh Migran Indonesia) di negeri beton ini sudah cukup besar. 135.000 orang. Bayangkan, hidup mereka terlunta, mereka butuh kemerdekaan. Butuh pemberdayaan dari orang-orang intelektual. Mereka butuh manusia Seperti Pipiet Senja yang rela mengajar mereka untuk menulis. Potensi mereka harus digali lebih dalam.
            Buku karya Pipiet senja yang tengah kita bahas ini adalah sekaan untuk belajar merasai atas bunga bangsa. Merekalah yang memperjuangkan hidup. Sesekali kita harus membuka mata, menggoyangkan mulut yang semakin bungkam, mempertajam hati untuk peduli, jikalah tidak. Kita telah berhati batu, keras. Jauh dari lembutnya merasai. Gerak teladan dari Pipiet senja untuk mengulas permasalahan TKW di Hong Kong adalah titik harapan yang ingin segera di eksekusi untuk disampaikan. Biar ‘mereka’ semua tahu dan menindak tegas majikan dan agen yang menohok mata kehidupan.
            Kalau dilaporkan ke pihak konsulat, biasanya agen tersebut memang di black list, terapi hanya sementara dan tetap bisa beroperasi. Caranya dengan menumpang ke agen lain. Dan agen-agen itu sewaktu-waktu dapat berkeliaran, ada yang asli dari Hong Kong, tetapi cukup banyak orang Indonesia sendiri!
            Melalui tulisan ini, ingin penulis sampaikan suara hati mereka, jeritan hati mereka, derita para tenaga kerja Indonesia di negeri Beton dan Macau ini, kepada para birokrat kita, bapak-bapak dan ibu-ibu yang terhormat anggota dewan serta pemerintah.
            Sambil bertanya-tanya: “Adakah anda mengetahui perihal yang demikian ini, wahai Bapak Presiden Republik Indonesia?”
            Salam Cinta dan Merdeka (Pipiet Senja, Causeway Bay, Hong Kong)
            Jogjakarta, 7 februari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar