Oleh
: Supriadi Herman
(Ketua FLP Unhas)
Ada yang menghantam punggungku dengan benda keras,
tubuhku langsung tersungkur, wajahku membentur ujung westafel. Rasa nyeri
menghebat terasa menyergap diriku. Kuusap wajah ada cairan merah Mengucur dari
pelipis.
…..
Ia belum puas
agaknya melihatku berdarah di pelipis tinjunya kemudian melayang ke arah
hidungku , sekali, dua kali, tiga kali, tubuhku serasa berputar-putar dan
pandangan berkunang-kunang, gelap total kemudian brukkk (Cerita Takerwan Karsinah
yang ditulis oleh Pipiet Senja).
***
Kisah di atas hanya satu salah satu
kisah yang terekam dalam buku “Kepada Yth Presiden RI” yang ditulis oleh
penulis Inspiratif Pipiet Senja. Cerita yang merupakan kisah nyata perlakuan
yang diterima oleh seorang TKW dari majikannya, terekam dalam muhibah, catatan
perjalanan, lakon Ispirasi, dalam rangka menularkan virus menulis seorang Pipiet
Senja dalam petualangannya sebulan di Hong Kong untuk memberikan pelatihan dan
semangat menulis bagi para Takerwan (tenaga Kerja Wanita) yang ada di Hong Kong.
Dengan Diksi yang begitu menderu, seolah-olah mengejar pembaca untuk segera paham atas apa yang dituliskannya. Kadang kita merasa terhanyut Dalam tawa dengan gaya kepenulisan menulis santai pada kisah-kisah traveling di segala penjuru negeri beton, Hongkong. Kadang memancing emosi untuk bertindak tegas, memompa semangat untuk segera berbuat mengutuk gerak para majikan yang sadis terhadap takerwan Indonesia dan menghujat para agen yang rela menjual sanak sebangsa, menjadikannya umpan dan memakan hasil keringat mereka, hanya menyisakan ampas penderitaan bagi wanita-wanita yang disanjung sebagai pejuang Devisa di negari beton, Hong Kong.
Pipiet Senja memang sudah Tua secara
fisik, umurnya sudah mendaki angka 55 tahun. Namun ia jauh lebih muda dari
pemuda yang muda pada umumnya. Luar biasa bukan? 102 karyanya dalam bentuk
novel, cerpen dan Essay telah dibukukan. Ia
adalah pemuda yang memberi inspirasi yang terus melaju melawan peradaban
hedonisme pekat ini. Terlebih dalam membaca bukunya “Kepada Yth Presiden RI”
yang terbit tahun 2010 oleh penerbit Krispi kita akan mengenalnya sebagai
pejuang wanita yang seelalu peduli akan kaum yang tertindas. Sangat
menakjubkan, menyuarakan tangis menjadi suara harapan yang selalu dibumbui
dengan gejolak berubah menuju yang lebih baik.
“Bagiku
sedikit apa pun waktu yang masih bisa kumiliki, betapa ingin kupersembahkan
demi kemaslahatan umat. Betapa ingin hamba-Mu yang lemah ini berdamai dengan
kondisi, bagaimana pun itu, sungguh!”
(Pipiet Senja).
*****
Kaum perantau di Negeri Beton, pada
umumnya adalah orang-orang yang tergiur dengan iming-iming gaji besar. Ada juga
yang dijual oleh ibunya, bahkan nekat meninggalkan suami dan orang terdekatnya
dengan harapan dapat mengenyam hidup lebih baik.
Naas. Mereka kebanyakan jatuh ke
tangan agen-agen setan dollar. Bayangkan saja yang seeharusnya gaji normal
mereka sebesar 3150 dollar HK, mereka hanya menerima 580 dollar HK. Mereka
ingin mengadu ke konsulat, tak terjawab. Mencari shelter peraduan hanya bergeming merasa tak bertanggung jawab. Parahnya bahkan para takerwan mengaku bahwa
tak pernah dijelaskan mekanisme bagaimana pengaduan jika terjadi hal yang
diinginkan. Sunggu terlalu.
Angka BMI (buruh Migran Indonesia)
di negeri beton ini sudah cukup besar. 135.000 orang. Bayangkan, hidup mereka
terlunta, mereka butuh kemerdekaan. Butuh pemberdayaan dari orang-orang
intelektual. Mereka butuh manusia Seperti Pipiet Senja yang rela mengajar mereka
untuk menulis. Potensi mereka harus digali lebih dalam.
Buku karya Pipiet senja yang tengah kita bahas ini
adalah sekaan untuk belajar merasai atas bunga bangsa. Merekalah yang memperjuangkan
hidup. Sesekali kita harus membuka mata, menggoyangkan mulut yang semakin
bungkam, mempertajam hati untuk peduli, jikalah tidak. Kita telah berhati batu,
keras. Jauh dari lembutnya merasai. Gerak teladan dari Pipiet senja untuk
mengulas permasalahan TKW di Hong Kong adalah titik harapan yang ingin segera
di eksekusi untuk disampaikan. Biar ‘mereka’ semua tahu dan menindak tegas
majikan dan agen yang menohok mata kehidupan.
Kalau dilaporkan ke pihak konsulat,
biasanya agen tersebut memang di black
list, terapi hanya sementara dan tetap bisa beroperasi. Caranya dengan
menumpang ke agen lain. Dan agen-agen itu sewaktu-waktu dapat berkeliaran, ada
yang asli dari Hong Kong, tetapi cukup banyak orang Indonesia sendiri!
Melalui tulisan ini, ingin penulis
sampaikan suara hati mereka, jeritan hati mereka, derita para tenaga kerja
Indonesia di negeri Beton dan Macau ini, kepada para birokrat kita, bapak-bapak
dan ibu-ibu yang terhormat anggota dewan serta pemerintah.
Sambil bertanya-tanya: “Adakah anda
mengetahui perihal yang demikian ini, wahai Bapak Presiden Republik Indonesia?”
Salam Cinta dan Merdeka (Pipiet
Senja, Causeway Bay, Hong Kong)
Jogjakarta, 7 februari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar