Waktu menunjukkan pukul 00.00 waktu Ehime. Terdengar
suara bel dipencet beberapa kali. Dari dalam kamar berusaha kunyalakan lampu
dan melihat keluar dari celah pintu yang berbentuk lensa. Tengah malam begini Fadli
ternyata datang ke kamarku. Belum dengan kondisi mata yang sempurna kemudian
kubuka pintu kamar apartemen.
Bonbon….
Terdengar tiga suara gadis yang sudah tak asing lagi di
telingaku.
Ha… Capila,… ternyata menyambangi kamarku
Tiga orang Mahasiswa Ehime University yang pernah ke indonesia untuk melaksanakan KKN Internasioanl di Makassar. Capila dalam bahasa Makassar berarti Cerewet. Lucunya, tiga gadis
jepang itu sama sekali belum tahu apa arti capila
sampai sekarang. Tetap saja mereka suka dengan nama itu.
Bonbon. Apa kabar?, kembali keceriaan ketiga gadis itu
menyapaku, sesaat mataku harus kupaksakan untuk tidak tertutup.
Ngantuk?,..
Tidak,. Saya tidak ngantuk.
Bohong, itu mukamu masih kelihatan ngantuk, maafkan kami bonbon. Gomennasai
Daijobu yo,.. (Tidak apa-apa).
Aku kemudian bergegas mencuci muka. Setelah itu
mengeluarkan sebuah toples unik dari karton yang berisikan kue kering buatan
Mama. Sebenarnya toples itu saya beli di toko hyaku eng, sebuah toko yang
menjual barang dengan harga seratus yen
untuk semua item. Meskipun sebenarnya saya sudah menyedakan toples dari
Makassar, namun kali ini kucoba mengikuti budaya orang jepang yang amat senang mengemas
pemberian secara istimewa. Tak heran jika kita menemui pemberian orang jepang
dengan kemasan yang sangat indah namun ternyata isinya biasa-biasa saja.
Misalnya sumpit, pensil, gantungan kunci, hadiahsederhana namun sungguh kemasannya sangat luar
biasa. Begitu pun dalam hal surat menyurat, bahkan beasiswa amplopnya selalu
indah, sangat jarang ditemui pemberian orang jepang yang tidak dikemas dengan
indah.
Waw,… kuki.
Kae, akie, dan Sakura mengambil masing-masing sepotong kue kering yang baru
saja kuberikan. Oishii, ungkapan
perasaan mereka langsung keluar pada gigitan pertama. Begitulah orang jepang,
teringat ketika mereka berada di Indonesia, Setiap makan kata-kata itu mereka
ucapkan, begitu pun mereka akan menunggu kata-kata itu disebut bagi orang
yang mencicipi masakan yang nereka hidangkan, hal itu menjadi hal yang wajib diucapkan, orang
jepang akan menunggu masakan mereka dinilai, sampai di akhir gigitan terakhir
sekalipun, padahal mereka mulai menanti penilaian kita pada gigitan pertama.
Wajah ketiga gadis jepang yang masih menduduki semester
awal di perkuliahan itu sumringah bukan main setelah kukatakan bahwa kue satu
toples itu kuberikan buat mereka. Kutahu persis kalau mereka sangat menggemari
kue lebarab dari Indonesia, bahkan kemana pun mereka berada di Indonesia, kue
kering itulah yang mereka paling minati.
Bergulirlah pembicaraan tengah malam antara dua lelaki
dan tiga wanita di kamar kecil ini. mulai dari bertanya kabar, kondisi teman-teman
di Indonesia, rencana kegiatan kami selama di Jepang sampai pada arubaito
mereka bertiga.
selama itu selain menunaikan tugas utama
mereka sebagai mahasiswa yaitu belajar, mereka juga bekerja sampingan atau
dalam istilah bahasa jepang biasa disebut arubaito, biasa disingkat dengan
baito saja. Bagi mahasiswa Jepang bekerja sampingan itu bukan menjadi hal yang
luar bisasa, bahkan di atas setengah dari jumlah mahasiswa di Ehime Universiti
mempunyai kerja part time. sama
sekali mereka tak merasa gengsi dengan apa yang mereka jalani, mulai dari menjadi baby siter sampai menjadi pelayan di
warung makan, kebetulan sekali capila menjadi pelayan di warung, ketiga-tiganya memiliki baito yang sama.Sangat
berbeda dengan kondisi mahasiswa Indonesia yang lebih bangga berpakaian mewah
namun semuanya berasal dari kerja keras dan usaha orang tua.dan gengsi selalu menjadi faktor untuk andiri bagi mahasiswa Indonesia
Sementara untuk mahasiswa asing yang
ingin baito di Jepang mereka diwajibkan memiliki surat ijin yang dikeluarkan oleh kantor
imigrasi yang disertai surat rekomendasi dari pihak universitas atau sekolah.
Pada beberapa universitas maupun institusi pendidikan lain pengurusan surat ini
bisa dilakukan melalui bagian yang mengurusi mahasiswa asing. Pengurusannya
sangat mudah dan bisa diwakilkan.
Mencari baito di jepang bisa dibilang mudah karena memang kondisi masyarakat jepang yang membentuk piramida terbalik dimana usia tua lebih banyak dibanding usia muda sehingga mereka kekurangan tenaga usia produktif.
Mencari baito di jepang bisa dibilang mudah karena memang kondisi masyarakat jepang yang membentuk piramida terbalik dimana usia tua lebih banyak dibanding usia muda sehingga mereka kekurangan tenaga usia produktif.
Unit mahasiswa asing di
universitas-universitas juga sering menyediakan informasi lowongan baito.
Selain itu, kadang informasi lowongan baito bisa kita dapatkan melalui
mailing-list organisasi mahasiswa maupun masyarakat di sini. Tetapi untuk
beberapa universitas juga sama sekali tidak diperbolehkan bekerja sampingan,
apalagi jika beasiswa yang diperoleh dari pemerintah jepang yang sudah terikat
kontrak untuk tidak melakukan aktivitas lain selain belajar.
Hingga tak terasa, omongan
kami berulang-ulang. Dengan topik yang kami rasakan tidak berkembang. Anehnya topic
yang kami bahas sama sekali tak membuat kami merasa ngantuk. Hingga waktu
menunjukkan pukul 03.00 barulah kami tersadar. Capila harus segera Istrahat,
kasihan mereka, hanya karena ingin ketemu kami mereka harus kehilangan waktu
istrahat. Seperti biasa, foto bersama menjadi sekmen penutup di pertemuan kami
pada dini hari. Pada kamar itu, kamarku yang berukuran tak begitu luas. Kami
bersyukur, masih ada pertemuan lanjutan dari pertemuan yang tak pernah
direncanakan sebelumnya, Tuhan telah berkenan mempertemukan kami. Saya sadar,
ini adalah jalan takdir. Bukan?
Kembali wajah Agnes Sensei,
Osozawa sensei hadir pada imaji. Kegiatan ini terselanggara atas persahabatan
yang mereka bangun. Persahabatan sejak mahasiswa yang berbuah kegiatan KKN
internasional berkat keberhasilan mereka menjadi Dosen yang berperan dalam hubungan
sesama universitas. Ozisawa Sensei menjadi Inisiator ntuk penyelanggara kegiatan dari jepang dan didukung penuh oleh Agne s Sensei dari Indonesia. Kali ini saya Sedikit memaknai bahwa persahabatan kami lahir karena rahim
persahabatan, persahabatan lintas negara antara beberapa orang yang dipertemukan
oleh Tuhan. seharusnya kami bertekad membesarkan hubungan persahabatan itu,
hingga kelak mampu melahirkan ikatan persahabatan baru.
Kulihat semangat ingin
bersama itu hadir pada pancaran wanita-wanita jepang Itu. Demi kami, malam yang
dingin harus dilalui dengan bersepeda.
Bonbon, Fadli. Mata ne
(sampai Jumpa).
Capila berlalu. Meninggalkan
apartemen kami di Internasional House Ehime University.
kunjungi situs saya :
BalasHapushttp://rahasia-dibeber.blogspot.com/2013/09/video-yang-jarang-dicari-umum.html
atau klik nama saya
Penting,
kafir - kafir Kaharingan Dayak, Kristen Ambon dan Kristen dayak mengancam Islam dan Bugis di Topix