Minggu, 26 Agustus 2012

Malam Bersama Capila



Waktu menunjukkan pukul 00.00 waktu Ehime. Terdengar suara bel dipencet beberapa kali. Dari dalam kamar berusaha kunyalakan lampu dan melihat keluar dari celah pintu yang berbentuk lensa. Tengah malam begini Fadli ternyata datang ke kamarku. Belum dengan kondisi mata yang sempurna kemudian kubuka pintu kamar apartemen.

Bonbon….
Terdengar tiga suara gadis yang sudah tak asing lagi di telingaku.
Ha… Capila,… ternyata menyambangi kamarku
Tiga orang Mahasiswa Ehime University yang pernah ke indonesia untuk melaksanakan KKN Internasioanl di Makassar. Capila dalam bahasa Makassar berarti Cerewet. Lucunya, tiga gadis jepang itu sama sekali belum tahu apa arti capila sampai sekarang. Tetap saja mereka suka dengan nama itu.

Bonbon. Apa kabar?, kembali keceriaan ketiga gadis itu menyapaku, sesaat mataku harus kupaksakan untuk tidak tertutup.
Ngantuk?,..
Tidak,. Saya tidak ngantuk.
Bohong, itu mukamu masih kelihatan ngantuk, maafkan kami bonbon. Gomennasai
Daijobu yo,.. (Tidak apa-apa).
Aku kemudian bergegas mencuci muka. Setelah itu mengeluarkan sebuah toples unik dari karton yang berisikan kue kering buatan Mama. Sebenarnya toples itu saya beli di toko hyaku eng, sebuah toko yang
menjual barang dengan harga seratus yen untuk semua item. Meskipun sebenarnya saya sudah menyedakan toples dari Makassar, namun kali ini kucoba mengikuti budaya orang jepang yang amat senang mengemas pemberian secara istimewa. Tak heran jika kita menemui pemberian orang jepang dengan kemasan yang sangat indah namun ternyata isinya biasa-biasa saja. Misalnya sumpit, pensil, gantungan kunci, hadiahsederhana namun sungguh kemasannya sangat luar biasa. Begitu pun dalam hal surat menyurat, bahkan beasiswa amplopnya selalu indah, sangat jarang ditemui pemberian orang jepang yang tidak dikemas dengan indah.
Waw,… kuki. Kae, akie, dan Sakura mengambil masing-masing sepotong kue kering yang baru saja kuberikan. Oishii, ungkapan perasaan mereka langsung keluar pada gigitan pertama. Begitulah orang jepang, teringat ketika mereka berada di Indonesia, Setiap makan kata-kata itu mereka ucapkan, begitu pun mereka akan menunggu kata-kata itu disebut bagi orang yang mencicipi masakan yang nereka hidangkan, hal itu menjadi hal yang wajib diucapkan, orang jepang akan menunggu masakan mereka dinilai, sampai di akhir gigitan terakhir sekalipun, padahal mereka mulai menanti penilaian kita pada gigitan pertama.
Wajah ketiga gadis jepang yang masih menduduki semester awal di perkuliahan itu sumringah bukan main setelah kukatakan bahwa kue satu toples itu kuberikan buat mereka. Kutahu persis kalau mereka sangat menggemari kue lebarab dari Indonesia, bahkan kemana pun mereka berada di Indonesia, kue kering itulah yang mereka paling minati.

Bergulirlah pembicaraan tengah malam antara dua lelaki dan tiga wanita di kamar kecil ini. mulai dari bertanya kabar, kondisi teman-teman di Indonesia, rencana kegiatan kami selama di Jepang sampai pada arubaito mereka bertiga.

selama itu selain menunaikan tugas utama mereka sebagai mahasiswa yaitu belajar, mereka juga bekerja sampingan atau dalam istilah bahasa jepang biasa disebut arubaito, biasa disingkat dengan baito saja. Bagi mahasiswa Jepang bekerja sampingan itu bukan menjadi hal yang luar bisasa, bahkan di atas setengah dari jumlah mahasiswa di Ehime Universiti mempunyai kerja part time. sama sekali mereka tak merasa gengsi dengan apa yang mereka  jalani, mulai dari menjadi baby siter sampai menjadi pelayan di warung makan, kebetulan sekali capila menjadi pelayan di warung, ketiga-tiganya memiliki baito yang sama.Sangat berbeda dengan kondisi mahasiswa Indonesia yang lebih bangga berpakaian mewah namun semuanya berasal dari kerja keras dan usaha orang tua.dan gengsi selalu menjadi faktor untuk andiri bagi mahasiswa Indonesia 

Sementara untuk mahasiswa asing yang ingin baito di Jepang mereka diwajibkan memiliki surat ijin yang dikeluarkan oleh kantor imigrasi yang disertai surat rekomendasi dari pihak universitas atau sekolah. Pada beberapa universitas maupun institusi pendidikan lain pengurusan surat ini bisa dilakukan melalui bagian yang mengurusi mahasiswa asing. Pengurusannya sangat mudah dan bisa diwakilkan.
Mencari baito di jepang bisa dibilang mudah karena memang kondisi masyarakat jepang yang membentuk piramida terbalik dimana usia tua lebih banyak dibanding usia muda sehingga mereka kekurangan tenaga usia produktif.
Unit mahasiswa asing di universitas-universitas juga sering menyediakan informasi lowongan baito. Selain itu, kadang informasi lowongan baito bisa kita dapatkan melalui mailing-list organisasi mahasiswa maupun masyarakat di sini. Tetapi untuk beberapa universitas juga sama sekali tidak diperbolehkan bekerja sampingan, apalagi jika beasiswa yang diperoleh dari pemerintah jepang yang sudah terikat kontrak untuk tidak melakukan aktivitas lain selain belajar.

Hingga tak terasa, omongan kami berulang-ulang. Dengan topik yang kami rasakan tidak berkembang. Anehnya topic yang kami bahas sama sekali tak membuat kami merasa ngantuk. Hingga waktu menunjukkan pukul 03.00 barulah kami tersadar. Capila harus segera Istrahat, kasihan mereka, hanya karena ingin ketemu kami mereka harus kehilangan waktu istrahat. Seperti biasa, foto bersama menjadi sekmen penutup di pertemuan kami pada dini hari. Pada kamar itu, kamarku yang berukuran tak begitu luas. Kami bersyukur, masih ada pertemuan lanjutan dari pertemuan yang tak pernah direncanakan sebelumnya, Tuhan telah berkenan mempertemukan kami. Saya sadar, ini adalah jalan takdir. Bukan?

Kembali wajah Agnes Sensei, Osozawa sensei hadir pada imaji. Kegiatan ini terselanggara atas persahabatan yang mereka bangun. Persahabatan sejak mahasiswa yang berbuah kegiatan KKN internasional berkat keberhasilan mereka menjadi Dosen yang berperan dalam hubungan sesama universitas. Ozisawa Sensei menjadi Inisiator ntuk penyelanggara kegiatan dari jepang dan didukung penuh oleh Agne s Sensei dari Indonesia. Kali ini saya Sedikit memaknai bahwa persahabatan kami lahir karena rahim persahabatan, persahabatan lintas negara antara beberapa orang yang dipertemukan oleh Tuhan. seharusnya kami bertekad membesarkan hubungan persahabatan itu, hingga kelak mampu melahirkan ikatan persahabatan baru.

Kulihat semangat ingin bersama itu hadir pada pancaran wanita-wanita jepang Itu. Demi kami, malam yang dingin harus dilalui dengan bersepeda.
Bonbon, Fadli. Mata ne (sampai Jumpa).
Capila berlalu. Meninggalkan apartemen kami di Internasional House Ehime University.

1 komentar:

  1. kunjungi situs saya :

    http://rahasia-dibeber.blogspot.com/2013/09/video-yang-jarang-dicari-umum.html

    atau klik nama saya

    Penting,
    kafir - kafir Kaharingan Dayak, Kristen Ambon dan Kristen dayak mengancam Islam dan Bugis di Topix

    BalasHapus