Oleh
: Supriadi Herman
Bagaimana
fikiran anda ketika mendengar kata “pelacur”. Menghina, memaki, mengutuk, atau
bahkan mendoakan supaya Ia mati?
Sangat
berbeda. Sinta Yudisia kembali dengan karya terbarunya “Existere”. Sebuah novel
menyusul karya best Seller “The Road to the Empire” . Sinta Yudisia memandang
berbeda terhadap pelacuran. Mungkinkah
ia mendukung pelacuran sebagai pekerjaan yang boleh-boleh saja dalam keadaan
terpaksa?
“kamu
dan aku sama seperti perempuan lain. Ingin hidup normal dengan segala
pernak-pernik hidup yang pantas dimilki oleh perempuan. Sekolah, kuliah, kerja,
menikah, punya suami, anak yang baik-baik dan segala kebutuhannya terpwnuhi.
Tapi pernahkah kita temui keseragaman dalam hidup ini? Tak semua orang punya
kesempatan menempuh jalur di hidup yang lurus” (Existere, hal 203)
Ketika
tempat pelacuran terkena Tsunami. Bagaimana perasaanmu? Sakitkah, iba kah? Atau
kita turut menjadi orang yang senang. Memaki mereka dan menyumpah mereka masuk
neraka. Itulah salah satu kalimat yang ada dalam buku ini. Yang membangunkan
kita bahwa betapa kita hanya menjadi orang yang asyik atas kesendirian dan
kembali memaki mereka yang sedang terjebak, tanpa usaha untuk mengembalikan ke
jalan yang benar.
Adakah
kita pernah peduli terhadap apa yang mereka perbuat? Pernahkah muncul setitik
rasa penasaran mengapa mereka rela berbuat seperti itu? Atau bahkan kita pernah mendoakan wanita yang menjajakan diri mereka
untuk kembali ke jalan yang benar?
Karya
Sinta Yudisia yang diterbitkan tahun 2010 oleh Penerbit Lingkar Pena ini.
Hendak bercerita
kepada kita bahwa perkara penjualan diri itu awalnya muncul
dari ketidak setimbangan dan ketidak kedailan. Bukankah kita selama ini memang
hadir sebagai rupa yang apatis terhadap apa yang ada di sekitar kita. Namun
kita tak pernah sadar bahwa ketidak pedulian kita terhadap sesama membuat orang
lain tak berdaya dan terpaksa menempuh jalan yang paling hina demi kelanjutan
penghidupan mereka.
Begitulah
yang dirasakan oleh Milla sebagai salah satu tokoh yang menjadi pelacur dalam
novel ini. Milla yang berlatar belakang keluarga tak mampu memiliki seorang
ayah yang bernama Sardjo yang berpenyakitan, kesibukannya hanya berdoa dengan
dalil mencari bekal mati, sementara itu ibunya pun tak bisa berbuat apa-apa,
adik-adaiknya tumbuh sebagai orang yang merana, hidupnya teramat sederhada.
lantas perbuatan apa yang bisa Ia perbuat? Bukankah setiap manusia punya
angan-angan yang ia ingin raih. Bukankah setiap pribadi selalu ingin membahagiakan
orang-orang yang ada disekitar mereka?
Ia ingin mengahajikan orang tuanya, Ia ingin melihat adik-adiknya lanjut
bersokolah. Lantas harus bagaimana lagi, ketika mencari orang di dunia tak ada
yang peduli. Dengan iming-iming kebahagiaan, dan niat hanya berbuat sesaat,
setelah itu kembali tobat. Milla terjebak. Ia jatuh kedalam lumpur yang dalam.
Sulit untuk kembali ke hidupnya sedia kala.
Ochi.
Seorang anak tunggal dari pasangan kaya raya. Ia ingin membangun sebuah tempat
bernama Dream Land (Del). Sebuah tempat yang bisa menampung orang-orang yang
menderita. Sengai tempat persinggahn hidup. Ochi ynag kemudian menikah dengan
Yassir. Seorang lelaki yang baik hati melalui perkenalan mereka lewat vanya
temannya sendiri. Pernikahan itu membuat mereka berjarak. Tokoh Vanya yang
kemudian menjauh dari kehidupan ochi dan memilih hidup untuk menjadi pelacur
mrenjadi rekan Milla sebagai Pelacur. Vanya yang kemudian mempunyai anak yang
cacat dan hidup di Del bersama Ochi dan Yassir sewaktu mengandung anak kedua
yang tak jelas berasal dari ayah mana, dari sekian lelaki yang pernah tidur dengannya. Namun saat itulah Yassir
merasa simpati, Ia hendak menjadikan Vanya istri keduanya. Ochi yang merasa
tersaingi pun merasa kecewa. namun
hatinya begitu mulia. Ia merasa inilah jalan yang bisa membuat Vanya keluar
dari jalan setan yang ia jalani selama ini. Ia setuju akan pernikahan Yassir dan
Vanya.
*****
Novel
ini adalah peraduan wanita yang peduli wanita. Sinta Yudisia sosok yang luar
biasa. Mungkin sebagai manusia yang penuh dengan tuntutan ego. Kita selalu
memikir diri sendiri. Namun tak begitu, nasihat dalam buku ini sangat unik,
dari nasihat-nasihat yang mencekoki kita dengan kesederhanaan berfikir. Sungguh
layak membuka fikiran kita, memahami alam realis yang jauh dari makna ideal
ini. Novel ini adalah novel kritikan akan manusia yang tertidur akan nilai
kebenaran, nilai kesucian parsial yang kita pahami selama ini.
Lantas
apakah pelacuran itu pekerjaan yang dapat ditolerir?, mampukan kita merenung
sedikit membangun jiwa kritis untuk memutus kerjaan setan pengumbar sahwat dan
induk permasalahan ini. Intinya bahwa
ada andil dengan apa yang terjadi di sekitar kita. Entah sedikit ataupun
banyak.
Nice resensi :D
BalasHapusmakasih :D
HapusBerterima kasih untuk resensinya. :-)
BalasHapussama-sama,..
Hapusmakasih. postinganx bagus kak.
BalasHapusserius nih?.... makasih ...
BalasHapuskeren keren...sebagai wanita biasa, habis baca resensi novel ini, saya jadi speechless (-.-") ndag tau mesti berada dipihak mana?!
BalasHapussy baru tau loh novel ini. pengarangnya juga baru kenal. best seller toh?! *dasar saya nya yg ketinggalan info* ckck..hhihi...
keren ! recommended nih buat dibaca semua kalangan biar pikiran kita semua bisa terbuka :)
thanks syukran...
oiah, klo sempat, jalan2 ke lapak saya juga yah..
http://cahaya-pertama.blogspot.com/
thanks, dah berkunjung,... iya, dalam buku ini banyak pelajaran dapat diprtik,.. recomended tuk dibaca
BalasHapus