“Ada
7 Milyard manusia di bumi ini, butuh 100 tahun untuk saling bertemu antara satu
dan yang lainnya. Bertemu denganmu adalah sebuah keajaiban” (Poem Japan)
Syair indah di atas adalah syair
dari Jepang. Kata keajaiban mewakili kekaguman orang jepang terhadap pertemuan
yang dialami. Karena konon, untuk hidup sekedar menemui satu per satu orang di
dunia ini akan memakan waktu sekitar seratus tahun lamanya. Dan untuk sekedar
menemui saja berarti kita tak cukup umur untuk bertemu semua manusia di bumi
ini. Apa lagi memilih banyak orang yang akan membersamai kita, berapa tahun
yang kita butuhkan.
Seandainya saja,
yang membuat syair di atas adalah seorang muslim, maka mungkin akhir dari syair
di atas bukan keajaiban, tetapi Sebuah takdir. Bukankah kita bertemu dengan
orang-orang yang sebenarnya tak pernah kita rencanakan?. Lihatlah teman sekelas
kita atau kerabat kerja kita misalnya, di antara mereka adakah yang kita
rencanakan untuk menjadi teman kita sampai saat ini, adakah salah seorang dari
mereka yang telah kita doakan untuk menemani kita saat ini?.
Begitu pun orang yang kita temui di
kota lain, negara lain. Bagi orang-orang yang masih mempercayai takdir akan
percaya bahwa sebenarnya yang mempertemukan kita adalah takdir. Allah-lah yang
mengaturnya. Bahkan bunyak sekali pertemuan menjadi momen awal terjalinnya
persahabatan, ikatan
kebersamaan, bahkan sebuah pertemuan bisa meyemai benih
cinta dua orang insan yang membawa mereka kepada jenjang pernikahan. Begitupun
pertemuan di persimpangan jalan yang tak pernah terpikirkan sama sekali,
ternyata membawa hidup kita pada cerita panjang yang tak terduga. Bahkan pertemuan inilah yang membuat seorang penjaga
pohon kurma yang bernama menemukan hidayahnya.
Kala itu Rasulullah sedang berteduh
karena perjalanan jauhnya menyebarkan dakwah, ia kemudian duduk dibawah pohon
kurma, dua orang pemilik pohon kurma yang melihatnya menjadi tergerak hatinya
dan kemudian menyuruh pembantunya yang biasa dipanggilnya Adas untuk memberi
setangkai anggur di atas sebuah nampan dan memberikannya kepada Rasulullah.
Adas melaksanakan perintah dari kedua majikannya dengan baik. Ketika Rasulullah
diberi anggur dan memetiknya, ia kemudian mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim”
dan memakannya. Adas yang merasa baru pertama kali mendengar perkataan yang
demikian mengejutkan dirinya, hingga tak tertahan dari mulutnya untuk membuka
pembicaraan
“Demi Allah saya baru mendengar ucapan itu,
Ucapan itu bukan ucapan dari penduduk negeri ini”.
“Wahai Adas,
kamu berasal dari Negara mana dan apa agamamu?”
“Saya beragama
nasrani, saya berasal dar Negara Ninawai”
“Apakah dari
negeri Yunus Bin Matta”
“hamba Allah
yang saleh itu?”
“Apa yang anda
ketahui tentang orang yang mulia itu”
“Dia adalah
nabi, dan Saya pun seorang nabi”
Mendengar
jawaban itu Adas langsung memeluk nabi, mencium kepala, tangan, dan kaki
Rasulullah.
Begitulah cerita tentang pertemuan.
Rasulullah selalu memikat orang pada pertemuan yang dijalaninya. Dan cerita di
atas pulalah yang mengajarkan kita betapa kesan dari pertemuan akan membuka
segala kemungkinan terjadi. Bisa dibayangkan ketika semua orang berperilaku
seperti Rasulullah yang memiliki keteguhan dalam berdakwah, konsisten dalam
menyampaikan, dan mampu melahirkan kesan dalam awal pertemuan, maka yakinlah
pertemuan akan menjadi hal yang menyenagkan dan bernilai ibadah kepada Allah
Swt. Dan bukan tak mungkin selain tutur kata yang memesona, gerak yang kelakuan
yang penuh hikmat, atau pun penampilan fisik yang menarik perhatian, semuanya
menjadi awal pertemuan yang membuat satu tempat khusus pada sekian waktu yang
ada dalam memori ingatan seseorang
Imam Syahid Hasan Albanna. Mengungkapkan
tentang pribadi seorang mukmin sebagai buku yang berjalan. “jika buku di perpustakaan menjadi tua dan tak
ada yang membacanya maka mukmin ibarat buku yang berjalan segala tindakannya
adalah pelajaran bagi orang yang ada disekitarnya”. Jika demikian maka
sepatutnya kita sebagai seorang muslim mampu memikat seseorang dengan akhlak
kita, sehingga setiap pertemuan yang kita jalani selalu bernilai ibadah di sisi
Allah Swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar