Rabu, 19 September 2012

Memaknai Pertemuan



“Ada 7 Milyard manusia di bumi ini, butuh 100 tahun untuk saling bertemu antara satu dan yang lainnya. Bertemu denganmu adalah sebuah keajaiban” (Poem Japan)
            Syair indah di atas adalah syair dari Jepang. Kata keajaiban mewakili kekaguman orang jepang terhadap pertemuan yang dialami. Karena konon, untuk hidup sekedar menemui satu per satu orang di dunia ini akan memakan waktu sekitar seratus tahun lamanya. Dan untuk sekedar menemui saja berarti kita tak cukup umur untuk bertemu semua manusia di bumi ini. Apa lagi memilih banyak orang yang akan membersamai kita, berapa tahun yang kita butuhkan.
            Seandainya saja, yang membuat syair di atas adalah seorang muslim, maka mungkin akhir dari syair di atas bukan keajaiban, tetapi Sebuah takdir. Bukankah kita bertemu dengan orang-orang yang sebenarnya tak pernah kita rencanakan?. Lihatlah teman sekelas kita atau kerabat kerja kita misalnya, di antara mereka adakah yang kita rencanakan untuk menjadi teman kita sampai saat ini, adakah salah seorang dari mereka yang telah kita doakan untuk menemani kita saat ini?.
            Begitu pun orang yang kita temui di kota lain, negara lain. Bagi orang-orang yang masih mempercayai takdir akan percaya bahwa sebenarnya yang mempertemukan kita adalah takdir. Allah-lah yang mengaturnya. Bahkan bunyak sekali  pertemuan menjadi momen awal terjalinnya persahabatan, ikatan
kebersamaan, bahkan sebuah pertemuan bisa meyemai benih cinta dua orang insan yang membawa mereka kepada jenjang pernikahan. Begitupun pertemuan di persimpangan jalan yang tak pernah terpikirkan sama sekali, ternyata membawa hidup kita pada cerita panjang yang tak terduga.  Bahkan pertemuan inilah yang membuat seorang penjaga pohon kurma yang bernama menemukan hidayahnya.
            Kala itu Rasulullah sedang berteduh karena perjalanan jauhnya menyebarkan dakwah, ia kemudian duduk dibawah pohon kurma, dua orang pemilik pohon kurma yang melihatnya menjadi tergerak hatinya dan kemudian menyuruh pembantunya yang biasa dipanggilnya Adas untuk memberi setangkai anggur di atas sebuah nampan dan memberikannya kepada Rasulullah. Adas melaksanakan perintah dari kedua majikannya dengan baik. Ketika Rasulullah diberi anggur dan memetiknya, ia kemudian mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim” dan memakannya. Adas yang merasa baru pertama kali mendengar perkataan yang demikian mengejutkan dirinya, hingga tak tertahan dari mulutnya untuk membuka pembicaraan
 “Demi Allah saya baru mendengar ucapan itu, Ucapan itu bukan ucapan dari penduduk negeri ini”.
“Wahai Adas, kamu berasal dari Negara mana dan apa agamamu?”
“Saya beragama nasrani, saya berasal dar Negara Ninawai”
“Apakah dari negeri Yunus Bin Matta”
“hamba Allah yang saleh itu?”
“Apa yang anda ketahui tentang orang yang mulia itu”
“Dia adalah nabi, dan Saya pun seorang nabi”
Mendengar jawaban itu Adas langsung memeluk nabi, mencium kepala, tangan, dan kaki Rasulullah.
            Begitulah cerita tentang pertemuan. Rasulullah selalu memikat orang pada pertemuan yang dijalaninya. Dan cerita di atas pulalah yang mengajarkan kita betapa kesan dari pertemuan akan membuka segala kemungkinan terjadi. Bisa dibayangkan ketika semua orang berperilaku seperti Rasulullah yang memiliki keteguhan dalam berdakwah, konsisten dalam menyampaikan, dan mampu melahirkan kesan dalam awal pertemuan, maka yakinlah pertemuan akan menjadi hal yang menyenagkan dan bernilai ibadah kepada Allah Swt. Dan bukan tak mungkin selain tutur kata yang memesona, gerak yang kelakuan yang penuh hikmat, atau pun penampilan fisik yang menarik perhatian, semuanya menjadi awal pertemuan yang membuat satu tempat khusus pada sekian waktu yang ada dalam memori ingatan seseorang
            Imam Syahid Hasan Albanna. Mengungkapkan tentang pribadi seorang mukmin sebagai buku yang berjalan.  “jika buku di perpustakaan menjadi tua dan tak ada yang membacanya maka mukmin ibarat buku yang berjalan segala tindakannya adalah pelajaran bagi orang yang ada disekitarnya”. Jika demikian maka sepatutnya kita sebagai seorang muslim mampu memikat seseorang dengan akhlak kita, sehingga setiap pertemuan yang kita jalani selalu bernilai ibadah di sisi Allah Swt.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar