8
Maret 2015 dan 9 Maret. Saya menyebut dua
hari ini hari spesial, hari dimana saya hijrah ke Negeri sakura dan
meninggalkan kampung halaman tercinta sekaligus hari itu juga adalah hari
pernikahan kakak saya Kak Agus (Mantan Roommate ketika masih kuliah S1 sekitar
tahun 2010-2011) dan diikuti pernikahan saudara saya yang lain Taufik (Juga
Mantan Roommate sekitar tahun 2011-2012). Dua-duanya adalah orang-orang yang
hebat. Saya kenal mereka begitu dekat tahu sifat buruk dan banyak sifat baik
dari mereka tak segan saya mengatakan kepada mareka bahwa betapa beruntung
wanita yang mempersuamikan orang-orang hebat seperti mereka, Kak Agus saya
hubungi lewat BBM dan Taufik sendiri secara terang-terangan saya komentari pada
kolom komentar facebook yang berisi status ucapan selamat kepadanya. Ya meski
harus disayangkan karena ini mengulang ketiga kalinya saya tidak bisa hadir
pada waktu spesial para saudara yang sangat dekat dan tahu banyak tentang
kekurangan saya. (sebelumnya Kak yusiran, juga mantan roommate yang tidak saya
hadiri acara nikahannya karena saat dia menikah saya sedang proses perbaikan
skripsi dan dosen meminta untuk segera bertemu dalam waktu dekat.
8
Maret, sekira pukul 05.15 Wita saya meninggalkan rumah. Sempat kulihat ibu
menitikkan airmata tapi sengaja tak kupandang lamat, biar perpisahan sementara
yang kali ini terjadi tidak dipandang begitu spesial. Padahal Ibu sebelumnya
sudah menawarkan diri untuk mengantar hingga ke bandara, rumah saya yang jauh
dari bandara sekitar 200 km sepertinya cukup menjadi alasan, takut ibu capek
dan belum lagi memakan biaya besar yang bisa dimanfaatkan untuk amal lain yang
lebih manfaat.
Tak
ada kejadian spesial sepengamatan saya dari perjalanan saya dari Bulukumba Desa
Bontotanga (Kampung Halaman saya) hingga ke Bandara, selain orang yang duduk di
samping saya yang terus bercerita dengan penumpang lain seputar istri mudanya
sampai trik menjalin hubungan ala suami Istri yang kadang saya simak dan lebih
banyak saya tinggalkan karena memilih memejamkan mata dan tidur selama yang
saya bisa karena saya harus menyimpan banyak tenaga untuk menginap di Bandara
Kuala Lumpur Malam ini., karena kebetulan tiket saya bukan tiket yang satu
paket saya membeli tiket Makassar-Kuala Lumpur dan Kuala Lumpur-Osaka secara
terpisah yang memakan biaya sekitar 3,2 juta. Sedangkan
Saya
sampai di Bandar Udara Sultan Hasanuddin sekitar pukul 13.20 Wita.
Alhamdulillah Taksi saya disubsidi oleh sepupu saya dari kampung yang amat
kebetulan bisa bersamaan berangkatnya bersama saya, dia sendiri menuju Balikpapan
dengan jadwal keberangkatan 16.45 selisih 30 menit lebih lama dari jadwal
keberangkatan saya. Bagi saya sendiri mendapat bantuan dari orang lain yang
bentuknya dapat mempermudah dan memperlancar
urusan adalah bentuk pertolongan Allah dan bisa jadi merupakan alasan dari
Allah untuk membalas sedekah dan kebaikan yang saya lakukan sebelumnya, saya
orang yang sangat percaya bahwa sedekah atau kebaikan yang dilakukan akan
dibalas belipat-lipat oleh Allah yang kita tidak tahu dari mana Asalnya.
Uang yang belum ditukar ke Yen
menjadi alasan saya harus masuk chek in
lebih awal, berharap punya banyak waktu luang untuk melakukan aktivitas yang
menjadi paling penting dalam perjalanan saya kali ini. Resiko awal yang saya
harus terima adalah saya harus membeli yen dengan tukaran yang mahal, karena
menukar di bandara bisa dipastikan lebih mahal dibandingkan money canger yang ada di luar bandara,
padahal saat perjalanan di taksi saya melihat ada money canger di dekar Rumah
Makan Wong Solo dekat dari Terminal Malengkeri. Karena Money Canger di bandara
sultan Hasanuddin ada di terminal kedatangan saya diantarkan oleh seorang
petugas Airasia untuk kesana dengan jalan belakang yang tidak bisa diakses
secara bebas oleh penumpang tanpa didampingi petugas di bandara. Alhamdulillah
Yen sementara Sold Out dan petugas disana menyarankan supaya saya menukat ke
Ringgit Malaysia (MYR) saja. Ya sudah saya terima, saya menukar dengan biaya
beli yang sangat mahal 3.750 IDR=1 MYR, meski saya tahu itu sangat mahal dan
secara tak transparan petugas money canger di bandara itu seenak hati memberi
saya harga demikian tanpa memperlihatkan list harga hanya menunjukkan detail
angka-angka di kalkulator, begitulah di Indonesia menjadi hal yang biasa,
mencuri-curi kesempatan banyak dimaknakan tidak baik. Disitu kadang saya merasa
sedih. Selain saya percaya bahwa sedekah dan kebaikan akan dibalas dengan
kalkulasi sesuai janji Allah yang kadang di luar kalkulasi kita, saya juga
percaya bahwa maksiat akan membawa kita pada kesialan tak terduga dan kadang
beruntun dan mulailah saya mengevaluasi diri saya seputar maksiat mana yang
saya agendakan atau sedang “terpapar” maksiat apa saya hari ini?
Astagfirullahal Adzim.semoga ini ujian bukan asab dari Allah.
Setiba ke Koper saya yang tadi dititipkan
ke petugas maskapai Airasia,saya kemudian menimbang koper dan alhamdulillah
lagi karena ternyata koper saya yang saya timbang di rumah hanya 30 kg menjadi
34 kg. Segera petugas Airasia memberi tahukan kalau saya akan dikenakan cass
155.000/kg artinya sekitar 620.000 IDR harus saya bayarkan, spontan saya meminta
agar bisa mengeluarkan barang-barang dengan alasan banyak barang yang boleh
dibawah pulang oleh kelaurga saya dan tak perlu saya bawa. Petugas Airasia
mengiyakan.
Jadilah kemudian adegan memperkiran
barang yang tak penting untuk dibawa terkira secara spontan 2 Buku tebal
sepertinya harus saya ikhlaskan untuk dibuang ke tempat sampah buku The Brock
Mycrobiology dan Molecular Protocol sepertinya akan batal mendarat di desk Lab
saya di Jepang, pun kornet kaleng yang berat dan beberapa kua basah yang berat
harus diikhlaskan untuk diuang di tempat sampah dan Alhamdulillah 30 kg pas
aman untuk bagasi, makanan yang berencana saya buang saya masih taruh di tas di
kantong paling luar dan buku masih di tentengan. Petugas Airasia lagi menyuruh
untuk menimbang ransel saya dan alhamdulillah lagi 10 kg, over 3 kg kemungkinan
karena tambahan makanan padahal maksimalbarang yang bisa dibawa ke kabin hanya 7
kg. “Ini masih lebih pak,kalau kedapatan di atas akan kena cas 300 rbu per Kg”.
Nggak apa-apa mbak jawab saya padalah saya sudah degdegan.
Skenario saya berikutnya adalah
tetap membawa semua barang, tak ada yang dibuang ke tempat sampah kecuali jika
memang benar ada pemeriksaan di pintu masuk ruang tunggu lagi. Untuk mengurangi
beban di ransel jaket saya pake dua lapis, jaket uniform kampus saya, dan jaket
pemberian teman-teman yang sangat tebal sekilas badan saya kelihatan seperti
balon. sangat besar ditambah lagi sejadah yang melilit di leher dan menenteng
dua buku yang setebal kita-kira 25 cm jika digabungkan. Saya lebih terlihat
seperti orang kedinginan dan sangat kutu buku jadinya padalah penampilan saya
tujuan utamanya hanya menurunkan berat ransel hingga tak sampai atau sama
dengan 7 kg meski saya sadari tetap saja berat ransel saya masih berkisar 8-9
Kg.
Saya melewati petugas imigrasi
dengan tenang dan hampir tanpa beban untuk memperoleh cap keluar dari Imigrasi
Sultan Hasanuddin, dan berikutnya antri untuk memasuki ruang tunggu, amat jelas
dihadapan saya ada timbangan yang digunakan untuk mengontrol kelebihan bagasi
kabin, Atas pertolongan Allah petugas yang ada disana hanya senyum melihat
penampilan saya yang sangat kelihatan lucu, entah karena kasihan atau alasan
lain tak ada acara timbang menimbang berat bagasi kabin bagi saya padahal
sangat patut dicurigai kalau bagasi kabin saya melebihi 7 kg. Terlepas dari itu
semua, saya percaya ini adalah skenario Allah.
Setiba di ruang tunggu, saya merasa
lega. Tugas saya menenangkan diri dengan mengambil wudhu untuk segera menunaikan
sholat dzuhur dan ashar dijamak. Bisa jadi beberapa hambatan yang saya jalani
hari ini karena kelalaian saya menunaikan sholat tepat waktu karena terburu-buru
ingin menukarkan rupiah ke Yen, Pun pertolongan Allah yang jika dirupiahkan
bisa berjuta-juta jadinya mungkin karena saya telah membantu seorang kakak
untuk membawakan paket yang dikirimkan kepada dosennya padahal sudah pasti
paket itu menambah beban bagasi. wallahu a’lam, kita hanya harus percaya akan
janji Allah bahwa setiap kebaikan dan sedekah akan diganjar berlipat-lipat
meski kita kadang teledor dalam mengkalkulasinya karena keterbatasan ilmu yang
kita miliki. Sekilas tiba-tiba saya teringat dengan tauziyah dari AA Gym bahwa
mulailah pagi dengan niat untuk menolong, niat untuk memberi. Insya Allah hati
pun akan menjadi tenang, sebab kita tak tahu do’a dari mana dan siapa yang akan
menolong kita kelak.
Dan bersyukurlah jiwa yang
senangtiasa mencari hikmah di atas segala kejadian, karena di luar sana masih
banyak orang yang sedang terjatuh tapi tahu kalau dirinya sudah terjatuh dan
banyak orang yang sudah di atas awan tapi masih merasa berpijak di Bumi.
Sementara pencari hikmah sedang bertanya apakah dia sudah benar atau tidak
On my Desk.... Kagawa University.
Bolelah, Sukses Selalu
BalasHapusterima kasih brow,...
Hapuswah..inimi tokoh yang menginspirasi banyak orang..mohon doanya semoga kami juga bsa go abroad
BalasHapussaya mah apa atuh,..... Semangat Afdhal...Aamiin Pasti Bisa. saling mendo'akan ya
Hapus