Senin, 23 Maret 2015

HAJIMETE


8 Maret 2015 dan 9 Maret. Saya menyebut dua  hari ini hari spesial, hari dimana saya hijrah ke Negeri sakura dan meninggalkan kampung halaman tercinta sekaligus hari itu juga adalah hari pernikahan kakak saya Kak Agus (Mantan Roommate ketika masih kuliah S1 sekitar tahun 2010-2011) dan diikuti pernikahan saudara saya yang lain Taufik (Juga Mantan Roommate sekitar tahun 2011-2012). Dua-duanya adalah orang-orang yang hebat. Saya kenal mereka begitu dekat tahu sifat buruk dan banyak sifat baik dari mereka tak segan saya mengatakan kepada mareka bahwa betapa beruntung wanita yang mempersuamikan orang-orang hebat seperti mereka, Kak Agus saya hubungi lewat BBM dan Taufik sendiri secara terang-terangan saya komentari pada kolom komentar facebook yang berisi status ucapan selamat kepadanya. Ya meski harus disayangkan karena ini mengulang ketiga kalinya saya tidak bisa hadir pada waktu spesial para saudara yang sangat dekat dan tahu banyak tentang kekurangan saya. (sebelumnya Kak yusiran, juga mantan roommate yang tidak saya hadiri acara nikahannya karena saat dia menikah saya sedang proses perbaikan skripsi dan dosen meminta untuk segera bertemu dalam waktu dekat.
8 Maret, sekira pukul 05.15 Wita saya meninggalkan rumah. Sempat kulihat ibu menitikkan airmata tapi sengaja tak kupandang lamat, biar perpisahan sementara yang kali ini terjadi tidak dipandang begitu spesial. Padahal Ibu sebelumnya sudah menawarkan diri untuk mengantar hingga ke bandara, rumah saya yang jauh dari bandara sekitar 200 km sepertinya cukup menjadi alasan, takut ibu capek dan belum lagi memakan biaya besar yang bisa dimanfaatkan untuk amal lain yang lebih manfaat.
Tak ada kejadian spesial sepengamatan saya dari perjalanan saya dari Bulukumba Desa Bontotanga (Kampung Halaman saya) hingga ke Bandara, selain orang yang duduk di samping saya yang terus bercerita dengan penumpang lain seputar istri mudanya sampai trik menjalin hubungan ala suami Istri yang kadang saya simak dan lebih banyak saya tinggalkan karena memilih memejamkan mata dan tidur selama yang saya bisa karena saya harus menyimpan banyak tenaga untuk menginap di Bandara Kuala Lumpur Malam ini., karena kebetulan tiket saya bukan tiket yang satu paket saya membeli tiket Makassar-Kuala Lumpur dan Kuala Lumpur-Osaka secara terpisah yang memakan biaya sekitar 3,2 juta. Sedangkan
tiket dari Jakarta-Osaka dengan maskapai yang sama dengan waktu pemesanan yang sama sekitar 4,4 Juta belum termasuk perjalanan saya ke Jakarta, hal ini menjadi saran bagi teman-teman yang mau bepergian dengan biaya murah asal bandara kita berangkat bisa menjadi pertimbangan utama untuk memperoleh tiket murah.
Saya sampai di Bandar Udara Sultan Hasanuddin sekitar pukul 13.20 Wita. Alhamdulillah Taksi saya disubsidi oleh sepupu saya dari kampung yang amat kebetulan bisa bersamaan berangkatnya bersama saya, dia sendiri menuju Balikpapan dengan jadwal keberangkatan 16.45 selisih 30 menit lebih lama dari jadwal keberangkatan saya. Bagi saya sendiri mendapat bantuan dari orang lain yang bentuknya  dapat mempermudah dan memperlancar urusan adalah bentuk pertolongan Allah dan bisa jadi merupakan alasan dari Allah untuk membalas sedekah dan kebaikan yang saya lakukan sebelumnya, saya orang yang sangat percaya bahwa sedekah atau kebaikan yang dilakukan akan dibalas belipat-lipat oleh Allah yang kita tidak tahu dari mana Asalnya.
            Uang yang belum ditukar ke Yen menjadi alasan saya harus masuk chek in lebih awal, berharap punya banyak waktu luang untuk melakukan aktivitas yang menjadi paling penting dalam perjalanan saya kali ini. Resiko awal yang saya harus terima adalah saya harus membeli yen dengan tukaran yang mahal, karena menukar di bandara bisa dipastikan lebih mahal dibandingkan money canger yang ada di luar bandara, padahal saat perjalanan di taksi saya melihat ada money canger di dekar Rumah Makan Wong Solo dekat dari Terminal Malengkeri. Karena Money Canger di bandara sultan Hasanuddin ada di terminal kedatangan saya diantarkan oleh seorang petugas Airasia untuk kesana dengan jalan belakang yang tidak bisa diakses secara bebas oleh penumpang tanpa didampingi petugas di bandara. Alhamdulillah Yen sementara Sold Out dan petugas disana menyarankan supaya saya menukat ke Ringgit Malaysia (MYR) saja. Ya sudah saya terima, saya menukar dengan biaya beli yang sangat mahal 3.750 IDR=1 MYR, meski saya tahu itu sangat mahal dan secara tak transparan petugas money canger di bandara itu seenak hati memberi saya harga demikian tanpa memperlihatkan list harga hanya menunjukkan detail angka-angka di kalkulator, begitulah di Indonesia menjadi hal yang biasa, mencuri-curi kesempatan banyak dimaknakan tidak baik. Disitu kadang saya merasa sedih. Selain saya percaya bahwa sedekah dan kebaikan akan dibalas dengan kalkulasi sesuai janji Allah yang kadang di luar kalkulasi kita, saya juga percaya bahwa maksiat akan membawa kita pada kesialan tak terduga dan kadang beruntun dan mulailah saya mengevaluasi diri saya seputar maksiat mana yang saya agendakan atau sedang “terpapar” maksiat apa saya hari ini? Astagfirullahal Adzim.semoga ini ujian bukan asab dari Allah.
            Setiba ke Koper saya yang tadi dititipkan ke petugas maskapai Airasia,saya kemudian menimbang koper dan alhamdulillah lagi karena ternyata koper saya yang saya timbang di rumah hanya 30 kg menjadi 34 kg. Segera petugas Airasia memberi tahukan kalau saya akan dikenakan cass 155.000/kg artinya sekitar 620.000 IDR harus saya bayarkan, spontan saya meminta agar bisa mengeluarkan barang-barang dengan alasan banyak barang yang boleh dibawah pulang oleh kelaurga saya dan tak perlu saya bawa. Petugas Airasia mengiyakan.
            Jadilah kemudian adegan memperkiran barang yang tak penting untuk dibawa terkira secara spontan 2 Buku tebal sepertinya harus saya ikhlaskan untuk dibuang ke tempat sampah buku The Brock Mycrobiology dan Molecular Protocol sepertinya akan batal mendarat di desk Lab saya di Jepang, pun kornet kaleng yang berat dan beberapa kua basah yang berat harus diikhlaskan untuk diuang di tempat sampah dan Alhamdulillah 30 kg pas aman untuk bagasi, makanan yang berencana saya buang saya masih taruh di tas di kantong paling luar dan buku masih di tentengan. Petugas Airasia lagi menyuruh untuk menimbang ransel saya dan alhamdulillah lagi 10 kg, over 3 kg kemungkinan karena tambahan makanan padahal maksimalbarang yang bisa dibawa ke kabin hanya 7 kg. “Ini masih lebih pak,kalau kedapatan di atas akan kena cas 300 rbu per Kg”. Nggak apa-apa mbak jawab saya padalah saya sudah degdegan.
            Skenario saya berikutnya adalah tetap membawa semua barang, tak ada yang dibuang ke tempat sampah kecuali jika memang benar ada pemeriksaan di pintu masuk ruang tunggu lagi. Untuk mengurangi beban di ransel jaket saya pake dua lapis, jaket uniform kampus saya, dan jaket pemberian teman-teman yang sangat tebal sekilas badan saya kelihatan seperti balon. sangat besar ditambah lagi sejadah yang melilit di leher dan menenteng dua buku yang setebal kita-kira 25 cm jika digabungkan. Saya lebih terlihat seperti orang kedinginan dan sangat kutu buku jadinya padalah penampilan saya tujuan utamanya hanya menurunkan berat ransel hingga tak sampai atau sama dengan 7 kg meski saya sadari tetap saja berat ransel saya masih berkisar 8-9 Kg.
            Saya melewati petugas imigrasi dengan tenang dan hampir tanpa beban untuk memperoleh cap keluar dari Imigrasi Sultan Hasanuddin, dan berikutnya antri untuk memasuki ruang tunggu, amat jelas dihadapan saya ada timbangan yang digunakan untuk mengontrol kelebihan bagasi kabin, Atas pertolongan Allah petugas yang ada disana hanya senyum melihat penampilan saya yang sangat kelihatan lucu, entah karena kasihan atau alasan lain tak ada acara timbang menimbang berat bagasi kabin bagi saya padahal sangat patut dicurigai kalau bagasi kabin saya melebihi 7 kg. Terlepas dari itu semua, saya percaya ini adalah skenario Allah.
            Setiba di ruang tunggu, saya merasa lega. Tugas saya menenangkan diri dengan mengambil wudhu untuk segera menunaikan sholat dzuhur dan ashar dijamak. Bisa jadi beberapa hambatan yang saya jalani hari ini karena kelalaian saya menunaikan sholat tepat waktu karena terburu-buru ingin menukarkan rupiah ke Yen, Pun pertolongan Allah yang jika dirupiahkan bisa berjuta-juta jadinya mungkin karena saya telah membantu seorang kakak untuk membawakan paket yang dikirimkan kepada dosennya padahal sudah pasti paket itu menambah beban bagasi. wallahu a’lam, kita hanya harus percaya akan janji Allah bahwa setiap kebaikan dan sedekah akan diganjar berlipat-lipat meski kita kadang teledor dalam mengkalkulasinya karena keterbatasan ilmu yang kita miliki. Sekilas tiba-tiba saya teringat dengan tauziyah dari AA Gym bahwa mulailah pagi dengan niat untuk menolong, niat untuk memberi. Insya Allah hati pun akan menjadi tenang, sebab kita tak tahu do’a dari mana dan siapa yang akan menolong kita kelak.  
            Dan bersyukurlah jiwa yang senangtiasa mencari hikmah di atas segala kejadian, karena di luar sana masih banyak orang yang sedang terjatuh tapi tahu kalau dirinya sudah terjatuh dan banyak orang yang sudah di atas awan tapi masih merasa berpijak di Bumi. Sementara pencari hikmah sedang bertanya apakah dia sudah benar atau tidak
           

            On my Desk.... Kagawa University.

4 komentar:

  1. wah..inimi tokoh yang menginspirasi banyak orang..mohon doanya semoga kami juga bsa go abroad

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya mah apa atuh,..... Semangat Afdhal...Aamiin Pasti Bisa. saling mendo'akan ya

      Hapus