9 Maret 2015. Alhamdulillah
untuk kedua kalinya menginjakkan kaki di terminal kedatangan kansai
Internasional Airport, dulu datang bersamaan dengan 13 orang peserta SUIJI dan
kali ini jalan sendiri.
meski belum begitu banyak pengalaman perjalanan
Internasional tapi standar baku seperti cap dua jari dan setor muka ke kamera
sudah saya fahami dengan baik, tapi gaya saya yang seperti sudah terbiasa
ternyata salah tempat saat menyetor paspor dan setiba di depan petugas
pengecek imigrasi langsung saja dia bertutur, maaf anda butuh membuat residen
kard ke gate antrian ke 4 atau ke 5 Ya,hai, sumimamaseng jawabku segera. Beruntung bekal belajar bahasa jepang masih membekas..
Sebenarnya antrian beberapa
meter pun tak ada masalah kali ini, toh saya sedang tak terburu-buru mengejar
jadwal bus atau menunggu jemputan. Saya sudah menginfokan ke sensei kalau saya
akan tinggal di bandara malam ini dan paginya baru akan ke Takamatsu, bahkan
saya merasa berlama-lama untuk berjalan hingga lantai bawah pun tak masalah.
Malam cepatlah berlalu, mungkin bisikan hati saya demikian.
Beberapa beban yang harus saya
tunaikan mungkin adalah memberi kabar kepada orang tua kalau saya telah
mendarat di Jepang dengan selamat, menunaikan sholat isya dan magrib,menukar
sisa Ringgit ke Yen dan membeli tiket di
vanding machine dan menghubungi sensei paginya. Kalau agenda menghubungi orang
tua dan sholat sudah barang tentu harus dikerjakan segera, selebihnya
bisa dilakukan besok pagi dan saya tiba di lantai 1 bandara sekira pukul
22.30 lokal time. Di dekat tangga ternyata sudah ada fasilitas umum berupa
internet dan telepon umum. Untuk memberi kabar orang tua, ya mau tak mau harus
menggunakan telepon umum dengan biaya sekitar 100 Yen/20 detik
yang sayangnya
saya lupa bagaimana cara menggunakannya, untuk itu saya harus menggunakan
rental internet dengan membayar 100 yen/20 menit, untuk diketahui pembayarannya
cukup dengan memasukkan koin dan secara otomatis aktif, lazimnya semua tempat
penyewaan; membeli minuman, tiket, di Jepang sudah otomatis menggunakan mesin,
bahkan di Bandara Kansai kita bisa membeli tas traveler dengan memasukkan koin
sejumlah yang ditentukan dan tas bisa kita ambil.
133-010-kode
Negara-Nomor telepon dan kewajiban melapor ke orang tua aman.
Saat-saat selanjutnya adalah
makan malam ala pelancong berbekal roti bawaan dari malaysia yang ternyata
lumayan nikmat untuk disantap. Setelah itu sengaja saya ke belakang tangga
untuk menunaikan sholat magrib dan isya dijamak kashar. Dan setelah
itu berkeliling bandara untuk sekedar mengecek kondisi bandara dengan troli
berisikan satu koper dan satu tas dengan total semuanya kurang lebih 30 kg dan
sisanya lagi ada di ransel saya 10 kg.
Hampir semua loket sudah tutup, toko makanan dan minuman, penjualan
tiket, meja Informasi dan penukaran uang sudah tutup. Mendekati sebuah meja
yang dihuni beberapa orang jepang saya mendapatkan sebuah brosur menarik yang
isinya tentang bandara osaka yang hebatnya brosur itu bergambarkan orang berpakain
putih berjilbab sambil berdo’a dengan menengadahkan tangan ke atas. Yup tidak
salah lagi itu untuk muslim guidence yang berisikan informasi tentang arah kiblat,
tempat sholat dan warung halal di sekitar Bandara Osaka, langsung saja brosur
itu saya ambil sebagai ekspresi kekaguman, pasalnya tiga tahun lalu saya ke
tempat ini belum ada mushallah sama sekali, hebatnya sekarang ada mushollah
lengkap dengan tempat wudhu ditambah lagi dengan mushollah yang memisahkan
laki-laki dan perempuan yang sebenarnya di indonesia pun kadang masih kurang
memperhatikan tentang itu.
Brosur putih tadi kembali mengingatkan saya pada sebuah seminar yang
diadakan oleh HIMMPAS IPB (Himpunan Mahasiswa Muslim Pascasarjana IPB) seputar
produk halal. Saya menangkap dari seorang pembicara bahwa salah satu negara
yang paling serius mengembangkan makanan
halal adalah Jepang, bahkan ternyata di Kyoto sudah ada pusat makanan halal
yang konon pemerintah jepang juga nantinya akan berupaya memunculkan sertifikat
halal pada makanannya. Hebat sekali untuk negara yang penduduk muslimnya masih
sangat minim, sementara untuk kota-kota besar padat pengunjung wisatawan
seperti kyoto, Tokyo dan Hiroshima sedang gencar upaya pembangunan masjid, pun di kota kecil hampir ada donasi untuk pembangunan mesjid yang diinisiasi oleh muslim yang menetap disana.
Bukan tanpa alasan Jepang memberikan pelayan istimewa bagi pengunjung
muslim. 1,6 Milyar manusia atau sekitar satu per lima dari penduduk bumi
beragama Islam dan beberapa negara muslim ini dikenal memiliki banyak penduduk
dengan hobbi Traveling sebut saja Indonesia dan malaysia belum lagi beberapa
negara kaya raya yang memang banyak penduduknya senang bertamasya seperti
Qatar, Turki, dan banyak lagi. Sementara Indonesia sendiri sedang banyak orang
yang melewati ambang batas perekonomian menegah alias banyak yang sudah mampu
melakukan traveling.
#####
Ternyata mondar-mandir di
bandara membuat saya lupa akan waktu dan setelahnya saya kembali mengecek ke
tempat duduk awal saya tiba dan saya harus ikhlas menerima kalau ternyata semua
tempat sudah dipenuhi dengan orang yang tidur dan akhirnya saya hanya bisa
memutuskan tempat ternyaman untuk tidur, berbekal alas sajadah dan jaket serta
tas akhirnya saya bisa tidur sekitar tiga jam lebih di atas lantai yang lumayan
dingin di dekat layanan telepon umum dan layanan internet.
Setelah jam lima saya terbangun
dan menunaikan sholat subuh sekitar pukul enam karena tak tahu jadwal sholat di
tempat sekitar padahal ternyata sholat subuh di Osaka sekitar jam lima subuh
pertemuan dengan seorang “jilbab traveler” yang mengatakan bahwa jadwal subuh
adalah jam enam lewat ternyata salah, mungkin dia melihat jadwal syuruk yang
biasanya berkisar satu jam sepuluh menit dari waktu sholat subuh. Its Ok, kehadiran para traveler berjilbab saya rasa akan menjadi awal
perkenalan yang baik bagi orang jepang yang pengetahuannya tentang muslim
sangat minim, alangkah besar peran para traveler berjilbab yang secara tak
sadar berdakwah dengan busana unik mereka, bahkan pengalaman berkunjung di
beberapa tempat saat KKN Internasional 2011 di Ehime University membuat banyak
orang bertanya-tanya seputar jilbab bahkan pertanyaan yang paling saya anggap
lucu adalah ketika ada yang bertanya apakah jilbab itu dipake setelah
menikah?dan beberapa pertanyaan tentang jilbab yang sebenarnya sangat sederhana
bagi kita, tapi bagi negara yang penduduknya masih enggan untuk memilih memeluk
agama ini adalah sesuatu yang sangat unik dan baru. Semoga kehadiran banyak
pelancong berjilbab ini adalah satu dari banyak agenda yang mensyiarkan islam
dan bersyukurlah orang-orang yang mengawali segala niatnya hanya kepada Allah.
Agenda menelepon sensei sendiri
menjadi hal yang butuh persiapan, terutama persiapan merangkai kata dan memastikan
secara grammatikal bahasa ingris saya benar. Kejuatan terjadi saat detik
pertama sensei mengangkat telepon, sesaat saya spontan menggunakan bahasa
jepang “apakah ini Nomura Sensei” Ya This
is Nomura jawabnya menjawab dengan bahasa Ingris, hal yang membuat saya
terkejut karena ternyata seorang dosen yang saya hubungi melalui email tiga
bulan terakhir adalah seorang perempuan, karena tak memiliki foto di Internet
saya fikir dia adalah seorang laki-laki, dan akhirnya bayangan tentang sensei
yang selalu marah dan bermuka muram bisa secara gampang digantikan dengan
bayangan seorang ibu-ibu yang sangat baik hati, Alhamdulillah.
Sembari menunggu pukul 08.35
untuk bus ke takamatsu tiba, dalam ruagan tunggu tiba-tiba ada seorang polisi
yang datang menghampiri dan anehnya begitu melihat saya dia seperti menemukan
seorang buron bertahun-tahun lamanya dan
seperti memang sedang mencari-cari saya sejak tadi , besar dugaan saya karena
CCTV di bandara menangkap gambar saya sedang sholat, tidur di tempat tak lazim
atau bahkan kegiatan mondar-mandir yang sangat lama ketika semua orang memilih
untuk terlelap. Tak ada masalah polisi itu hanya meminta alamat lengkap dan
beberapa pertanyaan seputar diri saya dan tentunya dengan sangat ramah ala
orang jepang.
Akhirnya, Assalamu alaikum Kagawa.
Semoga hari ini menjadi awal untuk meneruskan segala niat baik, semoga setiap
gerak-gerik ini menjadi syiar tentang betapa mulianya akhlak dien yang pernah
memberikan pembebasan di dua per tiga belahan bumi ini. Entah quote dari siapa
tapi sungguh kata-kata ini menginspirasi “Seorang mukmin bergaul dengan mukmin
yang lain dengan hati dan bergaul dengan
Non-muslim dengan akhlak”
suka ceritanya :)
BalasHapusmakasih kakak affar mentox
HapusKalau program suiji yg program doktor ada ya mas. Trimakasih
BalasHapus