Senin, 20 April 2015

Parti Pertama di Kagawa

16 maret 2015. Matahari mulai beranjak pergi, tapi hari seperti masih pagi jika sepintas melihat aktivitas teman seruangan, ruangan yang tidak pernah saya temui sebelumnya di kampus manapun di Indonesia. Di Jepang disediakan ruangan khusus untuk mahasiswa yang biasanya juga seruangan dengan dosen, hanya saja dosen di sediakan bilik khusus sebagai pemisah. Menurut saya pribadi yang bisa membuat hampir semua mahasiswa jepang bisa selesai tepat waktu ya karena ada ruangan ini, tanpa bersusah paya kita bisa bertemu dengan dosen untuk konsultasi seputar tesis atau hal lain yang dianggap perlu.
Sayonara Adi San.
“Sayonara” jawabku, dengan ekspresi sedikit bertanya-tanya seputar mengapa gadisdi depanku  mengucap sayonara, bukan see you atau mata ne.
Ternyata Yasunaga,Ozawa, Ogawa, Zogawa akan beranjak meninggalkan lab ini untuk selama-lamanya, besok mereka akan wisuda. Sekalian juga malam sebelum wisuda menjadi malam untuk merayakan parti. Terbayang malam ini akan banyak gelas-gelas berisikan alkohol di depan meja parti. Pun parti kali ini saya anggap sebagai tempat merayakan puasa sunnah senin kamis yang Insya Allah konsisten saya lakukan apalagi setelah tergabung dalam komunitas Kongkrit di IPB yang menurut saya komunitas ini memberi manfaat lain selain berbagi takjil gratis, tapi juga menumbuhkan minat puasa sunnah melalui syiar kecil berbuka puasa bersama di Masjid Kampus IPB-Al Hurriyah.
#####
Karena harus sholat magrib dulu, akhirnya Usizima san mengalah untuk memilih terlambat datang ke parti karena memilih menemani saya. seperti lazimnya orang jepang tak lupa usizima menelepon kepada rekan yang lain kalau kami akan terlambat datang, tentunya alasannya jelas, karena saya harus sholat dulu. Beruntung saya sudah memiliki kenalan muslim dari Banglades yang
tinggal di sekitar eki (stasiun) dengan sangat mudah saya bisa kesana untuk izin sholat berjamaah dengan dia atau pun sholat sendiri. Alhamdulillah bisa mengejar kereta dengan keberangkatan yang tidak terlalu molor bersama dengan Usizima dan Ying, Labmate dari Thailand.
Setiba di depan meja parti, semua rekan lab dan sensei sudah berjajar rapi, minuman beralkohol pastinya sudah beberapa kali digilir begitu melihat wajah beberapa teman yang sudah memerah. Saya memilih duduk di dekat Ying, disebelahnya lagi ada Nomura sensei yang alhamdulillah tidak mimum, dengan demikian saya akan terhindar dari dosa menggilir minuman, asbab tak main-main dosa khamar yang sampai menyentuh orang yang menuang dan menjadi perantara sampainya khamar itu ke tangan peminum. Hanya saja saya takut kalau-kalau hati saya tak lagi merasa miris melihat acara minum-minum itu, yang sudah pasti sudah dianggap biasa dan hal yang wajar. Padahal Rasululllah sudah berpesan dalam haditsnya kalau selemah-lemah iman adalah mencegah kemungkaran dengan hati. Tameng benci berbelut kasihan mode on, semoga mereka segera diberikan hidayah.
Makanan datang silih berganti, sensei memperhatikan betul mana yang bisa saya makan dan yang saya harus hindari, tak segan dia menjauhkan makanan jika terindikasi mengandung daging. Saya kagum atas kebaikannya memesankan saya sepaket ikan goreng yang sangat lezat. Buah, eskrim, tahu, salad, sayuran dan beberapa gelas softdrink mengisi buka puasa saya hari ini, Alhamdulillah. Seraya menyicip makanan, satu per satu mahasiswa yang lulus mengeluarkan presento mereka (semacam kenang-kenangan buat yang sudah lulus). Tak ada barang mahal jika sepintas melihatnya, hanya sekedar formalitas. Semua mahasiswa yang lulus diberi paket khusus dari mahasiswa yang belum lulus. Salah satu paket unik adalah ‘majalah wanita dewasa’, sebuah majalah yang berisikan lelaki dengan pose yang hanya bisa dilihat wanita 18+,  karena dia tahu bahwa temannya itu sangat suka dengan pria berbadan kekar,  anehnya wanita yang diberi hadiah tadi tak malu sama sekali,dia membuka majalah itu di depan sensei bahkan meminta saran sensei, yang mana yang paling menarik dari bodi lelaki yang ada di majalah.Tajima sensei yang sejak tadi berusaha ngobrol dengan saya spontan bertanya “apakah wanita di Indonesia juga seperti itu? saya menjawab, No sensei, tak menambahkan alasan sedikit pun. Pun setelah saya jawab demikian Tajima sensei berlalu dan berbicara dengan mahasiswa jepang lainnya.
Beberapa saat sembari meminum sake yang terhidang di depannya, Tajima sensei kembali bertanya seputar kebiasaan seorang muslim yang harus bangun subuh dan terkesan sangat menyiksa pemeluknya, begitu pun seputar poligami yang dia tertawakan, tak ketinggalan cerita orang indonesia yang banyak anak. Dari semua pertanyaan itu saya hanya tersenyum kecuali untuk poligami saya hanya mengatakan kalau tidak semua orang islam beristrikan empat hanya sebagian kecil yang dianggap mampu melakukannya, tapi kalau untuk dibolehkan dalam agama, Islam memang membolehkannya.
Namun di sisi lain Tajima sensei yang menertawakan orang indonesia punya banyak anak dia juga berbicara seputar pertumbuhan populasi jepang yang minus dua tahun belakangan. Jumlah ini tentunya akan berpengaruh terhadap bagaimana masa depan Jepang yang kini malah di beberapa prefektur semakin di dominasi oleh lansia. Beberapa perguruan tinggi terancam bangkrut karena tak memiliki mahasiswa akibat rendahnya populasi usia produktif, belum lagi permasalahan urbanisasi yang menyebabkan menumpuknya populasi usia produktif di kota-kota besar dan menyebabkan banyak daerah yang kehilangan penduduknya. Ini masalah besar bagi Jepang, Tajima sensei menegaskan.
Beberapa sektor di Jepang kini ditinggalkan perlahan dan tidak dikelola sama sekali karena kekurangan jumlah SDM, sektor pertanian dan kelautan kini hanya dilakukan oleh orang tua saja. para petani adalah lansia dengan umur di atas 60 tahun begitu pun sektor kelautan yang konon sangat jarang wanita yang mau diperistrikan seorang nelayan. Sementara itu, Jepang juga diketahui sebagai salah satu negara yang sangat berjaga diri untuk menerima pekerja asing.
Kita, Indonesia. Sebuah negara yang belum beranjak dari predikat negara berkembang. Tapi jangan lupa bahwa kita memiliki 40 persen pemuda yang menghuni ASEAN, kita memimpin dari jumlah usia produktif bukan tak mungkin kejayaan akan beralih ke tangan Indonesia. Jika kita berhasil memperbaiki kondisi perpolitikan, memfokuskan perbaikin akhlak generasi muda dan menjadikan pendidikan sebagai sektor utama yang harus di perbaiki, saya yakin Indonesia akan bangkit.
Akhirnya parti kami berakhir dengan perut yang kenyang, semua membayar 3000 yen untuk hidangan luar biasa kali ini, kecuali saya yang ditraktir oleh Nomura sensei. Di beberapa meja lain banyak orang yang sudah mabuk dan masih bertahan untuk terus meneguk minuman beralkohol.  Saya, Ying dan Tajima sensei memisahkan diri dari rombongan karena kebetulan hanya kami bertiga yang akan menggunakan kotoden untuk pulang. Otsukare sama deshita




2 komentar:

  1. nice posting adi.. doakan ka bisa kesana juga nah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamin Evi,.. bagi dosen gampangji itu kalau mau ke Jepang. kalau seriuski mau ke luar negeri cari NIDN maki dulu. gampangmi itu urus di luarnya :) eh,... nika mako dulu pale,...haha

      Hapus