16
maret 2015. Matahari mulai beranjak pergi, tapi hari seperti masih pagi jika
sepintas melihat aktivitas teman seruangan, ruangan yang tidak pernah saya
temui sebelumnya di kampus manapun di Indonesia. Di Jepang disediakan ruangan
khusus untuk mahasiswa yang biasanya juga seruangan dengan dosen, hanya saja
dosen di sediakan bilik khusus sebagai pemisah. Menurut saya pribadi yang bisa
membuat hampir semua mahasiswa jepang bisa selesai tepat waktu ya karena ada
ruangan ini, tanpa bersusah paya kita bisa bertemu dengan dosen untuk
konsultasi seputar tesis atau hal lain yang dianggap perlu.
Sayonara
Adi San.
“Sayonara”
jawabku, dengan ekspresi sedikit bertanya-tanya seputar mengapa gadisdi depanku
mengucap sayonara, bukan see you atau mata ne.
Ternyata
Yasunaga,Ozawa, Ogawa, Zogawa akan beranjak meninggalkan lab ini untuk
selama-lamanya, besok mereka akan wisuda. Sekalian juga malam sebelum wisuda
menjadi malam untuk merayakan parti. Terbayang malam ini akan banyak
gelas-gelas berisikan alkohol di depan meja parti. Pun parti kali ini saya
anggap sebagai tempat merayakan puasa sunnah senin kamis yang Insya Allah
konsisten saya lakukan apalagi setelah tergabung dalam komunitas Kongkrit di
IPB yang menurut saya komunitas ini memberi manfaat lain selain berbagi takjil
gratis, tapi juga menumbuhkan minat puasa sunnah melalui syiar kecil berbuka
puasa bersama di Masjid Kampus IPB-Al Hurriyah.
#####
Karena
harus sholat magrib dulu, akhirnya Usizima san mengalah untuk memilih terlambat
datang ke parti karena memilih menemani saya. seperti lazimnya orang jepang tak
lupa usizima menelepon kepada rekan yang lain kalau kami akan terlambat datang,
tentunya alasannya jelas, karena saya harus sholat dulu. Beruntung saya sudah
memiliki kenalan muslim dari Banglades yang
tinggal di sekitar eki (stasiun) dengan sangat mudah saya bisa kesana untuk izin sholat berjamaah dengan dia atau pun sholat sendiri. Alhamdulillah bisa mengejar kereta dengan keberangkatan yang tidak terlalu molor bersama dengan Usizima dan Ying, Labmate dari Thailand.
tinggal di sekitar eki (stasiun) dengan sangat mudah saya bisa kesana untuk izin sholat berjamaah dengan dia atau pun sholat sendiri. Alhamdulillah bisa mengejar kereta dengan keberangkatan yang tidak terlalu molor bersama dengan Usizima dan Ying, Labmate dari Thailand.
Setiba
di depan meja parti, semua rekan lab dan sensei sudah berjajar rapi, minuman
beralkohol pastinya sudah beberapa kali digilir begitu melihat wajah beberapa
teman yang sudah memerah. Saya memilih duduk di dekat Ying, disebelahnya lagi
ada Nomura sensei yang alhamdulillah tidak mimum, dengan demikian saya akan
terhindar dari dosa menggilir minuman, asbab tak main-main dosa khamar yang
sampai menyentuh orang yang menuang dan menjadi perantara sampainya khamar itu
ke tangan peminum. Hanya saja saya takut kalau-kalau hati saya tak lagi merasa miris
melihat acara minum-minum itu, yang sudah pasti sudah dianggap biasa dan hal
yang wajar. Padahal Rasululllah sudah berpesan dalam haditsnya kalau
selemah-lemah iman adalah mencegah kemungkaran dengan hati. Tameng benci berbelut
kasihan mode on, semoga mereka segera
diberikan hidayah.
Makanan
datang silih berganti, sensei memperhatikan betul mana yang bisa saya makan dan
yang saya harus hindari, tak segan dia menjauhkan makanan jika terindikasi
mengandung daging. Saya kagum atas kebaikannya memesankan saya sepaket ikan
goreng yang sangat lezat. Buah, eskrim, tahu, salad, sayuran dan beberapa gelas
softdrink mengisi buka puasa saya hari ini, Alhamdulillah. Seraya menyicip
makanan, satu per satu mahasiswa yang lulus mengeluarkan presento mereka
(semacam kenang-kenangan buat yang sudah lulus). Tak ada barang mahal jika
sepintas melihatnya, hanya sekedar formalitas. Semua mahasiswa yang lulus
diberi paket khusus dari mahasiswa yang belum lulus. Salah satu paket unik
adalah ‘majalah wanita dewasa’, sebuah majalah yang berisikan lelaki dengan
pose yang hanya bisa dilihat wanita 18+,
karena dia tahu bahwa temannya itu sangat suka dengan pria berbadan
kekar, anehnya wanita yang diberi hadiah
tadi tak malu sama sekali,dia membuka majalah itu di depan sensei bahkan
meminta saran sensei, yang mana yang paling menarik dari bodi lelaki yang ada
di majalah.Tajima sensei yang sejak tadi berusaha ngobrol dengan saya spontan bertanya
“apakah wanita di Indonesia juga seperti itu? saya menjawab, No sensei, tak menambahkan alasan
sedikit pun. Pun setelah saya jawab demikian Tajima sensei berlalu dan
berbicara dengan mahasiswa jepang lainnya.
Beberapa
saat sembari meminum sake yang terhidang di depannya, Tajima sensei kembali
bertanya seputar kebiasaan seorang muslim yang harus bangun subuh dan terkesan
sangat menyiksa pemeluknya, begitu pun seputar poligami yang dia tertawakan,
tak ketinggalan cerita orang indonesia yang banyak anak. Dari semua pertanyaan
itu saya hanya tersenyum kecuali untuk poligami saya hanya mengatakan kalau
tidak semua orang islam beristrikan empat hanya sebagian kecil yang dianggap
mampu melakukannya, tapi kalau untuk dibolehkan dalam agama, Islam memang
membolehkannya.
Namun
di sisi lain Tajima sensei yang menertawakan orang indonesia punya banyak anak
dia juga berbicara seputar pertumbuhan populasi jepang yang minus dua tahun
belakangan. Jumlah ini tentunya akan berpengaruh terhadap bagaimana masa depan
Jepang yang kini malah di beberapa prefektur semakin di dominasi oleh lansia.
Beberapa perguruan tinggi terancam bangkrut karena tak memiliki mahasiswa
akibat rendahnya populasi usia produktif, belum lagi permasalahan urbanisasi
yang menyebabkan menumpuknya populasi usia produktif di kota-kota besar dan
menyebabkan banyak daerah yang kehilangan penduduknya. Ini masalah besar bagi
Jepang, Tajima sensei menegaskan.
Beberapa
sektor di Jepang kini ditinggalkan perlahan dan tidak dikelola sama sekali
karena kekurangan jumlah SDM, sektor pertanian dan kelautan kini hanya
dilakukan oleh orang tua saja. para petani adalah lansia dengan umur di atas 60
tahun begitu pun sektor kelautan yang konon sangat jarang wanita yang mau
diperistrikan seorang nelayan. Sementara itu, Jepang juga diketahui sebagai
salah satu negara yang sangat berjaga diri untuk menerima pekerja asing.
Kita,
Indonesia. Sebuah negara yang belum beranjak dari predikat negara berkembang.
Tapi jangan lupa bahwa kita memiliki 40 persen pemuda yang menghuni ASEAN, kita
memimpin dari jumlah usia produktif bukan tak mungkin kejayaan akan beralih ke
tangan Indonesia. Jika kita berhasil memperbaiki kondisi perpolitikan,
memfokuskan perbaikin akhlak generasi muda dan menjadikan pendidikan sebagai
sektor utama yang harus di perbaiki, saya yakin Indonesia akan bangkit.
Akhirnya
parti kami berakhir dengan perut yang kenyang, semua membayar 3000 yen untuk hidangan luar biasa kali ini, kecuali saya yang ditraktir oleh Nomura sensei. Di beberapa meja lain banyak
orang yang sudah mabuk dan masih bertahan untuk terus meneguk minuman
beralkohol. Saya, Ying dan Tajima sensei
memisahkan diri dari rombongan karena kebetulan hanya kami bertiga yang akan menggunakan kotoden untuk pulang. Otsukare
sama deshita
nice posting adi.. doakan ka bisa kesana juga nah :D
BalasHapusaamin Evi,.. bagi dosen gampangji itu kalau mau ke Jepang. kalau seriuski mau ke luar negeri cari NIDN maki dulu. gampangmi itu urus di luarnya :) eh,... nika mako dulu pale,...haha
Hapus